Rabu, 10 April 2013

Proses Produksi Gula PT. PG Kebon Agung Malang



3.2.1        Proses Produksi Gula PT. PG Kebon Agung Malang
Proses produksi gula dimulai dari pengadaan bahan baku, yaitu tebu. Di PT. PG Kebon Agung Malang, pasokan tebu sebagai bahan baku produksi gula 99,99% diperoleh dari kebun petani dari berbagai wilayah dan 0,01% dari kebun perusahaan. Total luas kebun tebu milik PT. PG Kebon Agung Malang ± 180 hektar dan menyebar dari Pasuruan sampai ke Gondang Legi.

Salah satu kebun tebu milik perusahaan PT. PG Kebon Agung Malang adalah kebun tebu yang berada di desa Sempal Wadak, Kec. Bululawang, Malang. Kebun ini digunakan untuk membibitkan berbagai varietas jenis tebu yang nantinya akan dijual kepada para petani sebagai bibit tebu untuk ditanam. Pada pembibitan di kebun ini dilakukan menggunakan 4 jenjang penanaman, yaitu :
a.       Kebun Bibit Pokok (KBP)
Di jenjang ini varietas tebu yang unggul di bibitkan pertama kali.
b.      Kebun Bibit Nenek (KBN)
Merupakan jenjang lanjutan setelah KBP.
c.       Kebun Bibit Induk (KBI)
Merupakan jenjang lanjutan setelah KBN.
d.      Kebun Bibit Datar (KBD)
Di jenjang ini tebu telah siap dijual / didistribusikan ke para petani sebagai Tebu Giling (TG).

Adapun jenis bibit yang dimiliki oleh kebun tebu milik PT. PG Kebon Agung Malang, yaitu :
1.      Bibit Bagal
Bibit tebu diambil secara keseluruhan dari ladang (ditanam keseluruhan bagiannya).
2.      Bibit Top Stek
Bibit tebu hanya diambil bagian atasnya saja (pucuk) untuk dibibitkan.
3.      Bibit Rayungan
Bibit yang bagian atasnya telah dijadikan sebagai top stek sedangkan bagian bawahnya dibiarkan tumbuh tunas dan tunasnya tersebut dibibitkan.

Sedangkan langkah-langkah budidaya tebu yang dilakukan di kebun milik PT. PG Kebon Agung Malang, adalah sebagai berikut :
1.      Reynoso
Mengolah tanah hanya dengan membuat lubang tanam (tanah tidak secara keseluruhan diolah)
2.      Mekanisasi
Mengolah tanah dengan mengolahnya secara keseluruhan dengan menggunakan traktor.

3.      Kepras
Sistem pembibitan ini tidak perlu menggunakan bibit tebu. Teknik pembibitan ini memanfaatkan tunas akar yang masih tertinggal di tanah. Akar tebu yang masih tertinggal di tanah hasil dari penanaman sebelumnya dikepras (potong) sehingga dapat tumbuh tunas baru. Pertumbuhan tunas muncul sekitar 2 minggu.

Tebu yang datang dari dari berbagai wilayah diseleksi pada Stasiun Penerimaan dengan mengukur Brix dan Pol dari tebu tersebut sehingga diketahui nilai Rendemen tebu tersebut. Brix merupakan nilai kadar kering terlarut dalam tebu. Pol dianggap mewakili kadar sukrosa dalam nira. Rendemen merupakan jumlah kg gula yang dihasilkan dalam 1 kuintal tebu. Rendemen dibagi menjadi 3, yaitu :
1.      Rendemen Harian
Merupakan rendemen yang dianalisa saat tebu mulai dari kebun sampai datang di pabrik (gilingan 1).
2.      Rendemen Sementara
Merupakan Rendemen yang didapatkan dari analisa tebu saat masih di kebun.
3.      Rendemen Kualitatif
Rendemen yang didapatkan dari analisa air tebu (nira) yang berada di masakan.

Tebu dikatakan layak giling jika memenuhi syarat MBS (Manis, Bersih, Segar). Dikatakan Manis jika telah tua. Dikatakan Bersih jika tebu berbebas dari daun kering, akar. Dikatakan Segar jika waktu penebangan tebu dengan waktu penggilingan tidak tarlampau lama, kurang lebih 36 jam. Tebu juga harus memiliki faktor kemasakan < 25 %, dimana :

Tebu yang lolos seleksi selanjutnya diangkut truk ke timbangan dengan menghitung Bruto, Tarra, dan Nettonya. Bruto merupakan berat truk yang berisi tebu pada timbangan dan Tarra merupakan berat truk tanpa tebu, sedangkan Netto merupakan berat tebu sesungguhnya, yaitu merupakan selisih dari Bruto dengan Tarra.
Netto = Bruto - Tarra
 


Setiap harinya jumlah truk yang masuk di PT. PG Kebon Agung Malang yang mengangkut tebu untuk digiling sekitar 1000 s/d 1100 truk. Target penggilingan yang akan dilakukan PT. PG Kebon Agung Malang selama masa gilingan sekitar 18.000 hektar atau lebih kurang sekitar 15,3 juta kuintal tebu yang akan digiling. Adapun pembagian masa penggilingan tebu di PT. PG Kebon Agung Malang, yaitu :
a.       Masak Awal (April – Juli)
Varietas tebu : PS 881, PS 862
b.      Masak Tengah (Agustus – September)
Varietas tebu : PS 864, KK
c.       Masak Akhir (Oktober – Desember)
Varietas tebu : BL

Awal produksi gula terjadi di bagian Stasiun Gilingan. Secara garis besar alur produksi gula di PT. PG Kebon Agung Malang dapat dilihat pada gambar 3.4 (terlampir). Tebu dari timbangan selanjutnya diangkut ke meja tebu dengan bantuan crane dan dibongkar untuk dimasukkan ke dalam cane carrier. Di dalam cane carrier terdapat leveler yang berfungsi untuk  meratakan tebu agar kerja cane carrier tidak terlalu berat. Tebu selanjutnya diangkut ke cane cutter untuk dipotong menjadi potongan-potongan kecil. Potongan tebu selanjutnya dibawa ke Heavy Duty Hammer Shredder (HDHS) untuk dicacah dan dihancurkan agar tebu lebih halus dan mudah diperas saat proses penggilingan. Setelah itu, tebu dibawa oleh intermediate carrier menuju ke gilingan untuk diperas air tebunya (nira).
Dari penggilingan ini diperoleh hasil berupa nira mentah yang selanjutnya disaring dan dibawa ke Stasiun Pemurnian dan ampas. Ampas dari proses ini dipisahkan menjadi ampas halus dan ampas kasar. Ampas halus selanjutnya menjadi bagasilo yang digunakan untuk bahan tambahan di Stasiun Pemurnian, sedangkan ampas kasar diangkut ke Stasiun Ketel untuk digunakan sebagai bahan bakar. Nira mentah yang diangkut ke Stasiun Pemurnian selanjutnya mengalami penambahan asam fosfat (H3PO4) yang tujuannya adalah untuk menyerap zat warna pada nira, meningkatkan kadar fosfat dalam gula, menggumpalkan sistem koloid nira, melunakkan kerak, dan memperbaiki kemurnian nira. Selain itu, nira dipanaskan dan dilakukan juga penambahan susu kapur (Ca(OH)2) dan gas SO2 untuk membantu dalam proses pengendapan kotoran dan memutihkan kristal gula produk sehingga diperoleh hasil yang baik. Nira yang telah ditambah berbagai campuran tersebut selanjutnya dipanaskan lagi lalu disaring dan ditambah flocullant untuk membantu penggumpalan dan pemisahan nira dengan pengotornya. Hasil dari penggumpalan dan pemisahan ini berupa nira jernih/nira encer dan nira kotor. Nira kotor diproses lagi dengan menambahkan bagasilo. Dari proses ini dihasilkan nira tapis dan limbah padat (blotong). Nira tapis dialirkan ke penampung nira mentah untuk diproses lagi dari awal, sedangkan blotong dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. Nira Jernih selanjutnya dibawa ke Stasiun Penguapan untuk diuapkan kandungan airnya. Nira hasil penguapan berupa nira kental dan air kondensat  yang dianfaatkan sebagai air umpan pada Stasiun Ketel. Dari Stasiun Penguapan, nira kental selanjutnya disulfitasi dan dimasak di Stasiun Masakan dan diperoleh cairan Masecuite dan air kondensat yang dimanfaatkan juga sebagai air umpan di Stasiun Ketel. Selanjutnya Masecuite diputar di Stasiun Putaran untuk memisahkan antara kristal gula dan cairannya (tetes) dengan prinsip gaya sentrifugal. Tetes dimanfaatkan sebagai bahan penyedap rasa pada makanan.
Kristal gula selanjutnya dibawa ke talang goyang dan masuk ke pengering gula kemudian masuk ke elevator. Dari elevator, Kristal gula selanjutnya masuk ke saringan getar untuk seleksi ukuran kristal gula. Ada 3 kategori kristal gula, yaitu : gula kasar, gula normal, dan gula halus. Kristal gula kasar dan gula halus dimasak kembali ke Stasiun Masakan sedangkan kristal gula normal dikemas di bagian pembungkusan dengan ukuran 50 kg dan kemasan gula tersebut selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan.
Comments
0 Comments

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-q =))