SINTESIS SENYAWA PEROVSVKIT Ba1-xSrxTiO3
(x = 0,0; 0,1) MELALUI SINTERING DAN KARAKTERISASI STRUKTUR DAN DIELEKTRISITAS
A. TUJUAN
1.
Mahasiswa dapat mengetahui fasa murni BaTiO3 dan Ba0,7Sr0,3TiO3
2.
Mahasiswa dapat mengetahui parameter kisi BaTiO3, Ba0,7Sr0,3TiO3
dan data standar ICSD dengan software PCW23
3.
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh doping Sr terhadap struktur
kristal
4.
Mahasiswa mampu membandingkan nilai dielektrisitas dari BaTiO3 dan
sesudah didoping dengan Sr.
5.
Mahasiswa mampu Menganalisis data X-RF komposisi unsur hasil
eksperimen Ba0,7Sr0,3TiO3
B. DASAR TEORI
Ferroelektrik merupakan material elektronik khusunya dielektrik
yang terpolarisasi spontan dan memiliki kemampuan untuk mengubah arah listrik internalnya. Polarisasi yang
terjadi merupakan hasil dari penerapan medan yang mengakibatkan adanya
ketidaksimetrisan struktur kristal pada suatu material ferroelektrik.
Penelitian terhadap material ferroelektrik sangat menjanjikan
terhadap perkembangan device generasi baru sehubungan dengan sifat-sifat unik
yang dimilikinya. Penerapan material ferroelektrik berdasarkan sifat-sifatnya
adalah sifat histerisis dan tetapan dielektrik yang tinggi dapat diterapkan
pada sel memori Dynamic Random Acsess Memory (DRAM), sifat piezo-elektrik dapat digunakan sebagai mikroaktuator dan sensor,
sifat polaryzability dapat diterapkan sebagai
Non Volatile Ferroelectric Random Acsess Memory (NVFRAM), sifat
pyroelektrik dapat diterapkan pada sensor infra merah dan sifat elektro-optik
dapat diterapkan pada switch termal infra merah. Penggunaan film tipis
ferrolektrik sebagai memori keuntungannya
bila dibandingkan dengan sistem magnetik. Sistem magnetik hanya mampu
menyimpan 105 bit/cm2, sedangkan memori yang terbuat dari ferroelektrik mampu
menyimpan hingga 108 bit/cm2. Keuntungan lain adalah sebagai memori permanent
yang mampu menekan kehilangan informasi selama proses berulang.
·
Barium Titanat
Barium titanat (BaTiO3), pertama kali diteliti pada awal tahun
1940an oleh peneliti-peneliti dari Amerika, Jepang dan Rusia. Barium titanat
pada saat ini merupakan material ferroelektrik yang sangat cepat perkembangan
penelitiannya. Hal ini menarik karena barium titanat mempunyai struktur
kristal perovskite yang sederhana, hal ini dapat mempermudah pemahaman
tentang material ferroelektrik itu sendiri. Barium titanat mudah
diaplikasi karena dalam segi kimia maupun mekanik lebih stabil dan mempunyai
temperatur curie yang mendekati temperatur kamar dibandingkan material
ferroelektrik lainnya. Aplikasi dari barium titanat antara lain sebagai
kapasitor baik sebagai kapasitor multilayer maupun kapasitor single layer,
sebagai sensor tekanan dan sensor suh
Sruktur Kristal dari Barium
Titanat ( BaTiO3 )
Barium titanat mempunyai struktur kristal perovskite yang mengacu
pada struktur kristal kalsium titanat (CaTiO3). Dalam struktur
kalsium titanat, terdapat beberapa kation besar yang dapat membentuk struktur close
pack berasamaan dengan oksigen. Ion-ion kalsium dan oksigen secara bersama
membentuk bangunan cubic close packing dengan ion Ti4+ yang
kecil menempati posisi interstitial oktahedron. Termasuk dalam struktur ini,
BaTiO3, SrTiO3, CaZrO3, SrSnO3.
Dalam struktur ini dimungkinkan untuk mensubtitusi sebagian dari
kation-kationnya, seperti dalam (BaSr)TiO3, Pb(MnNb)O3. Dalam
satu kristal perovskite barium titanat, terdapat satu atom barium, satu
atom titanium dan tiga atom oksigen. Gambar menunjukkan struktur kristal perovskite
dari barium titanat (BaTiO3).
Gambar Struktur kristal perovskite dari Barium Titanat (BaTiO3)
Perubahan Struktur
Kristal dari Barium Titanat (BaTiO3)
Barium titanat mempunyai 5 struktur kristal yang berbeda yaitu hexagonal,
kubik, tetragonal, orthorhombik dan rhombohedral. Struktur kristal hexagonal
dan struktur kristal kubik dari barium titanat mempunyai sifat paraelektrik,
sedangkan pada struktur kristal tetragonal, orthorhombik dan rhombohedral dari
barium titanat mempunyai sifat sebagai material ferroelektrik.
Gambar Perubahan
struktur kristal dari Barium Titanat
Pada temperatur diatas 1460 oC barium titanat mempunyai struktur
kristal hexagonal. Pada saat terjadi pendinginan pada suhu 1460 oC,
terjadi perubahan struktur kristal dari hexagonal menjadi kubik. Keadaan yang
sangat penting terjadi pada temperatur 120 oC karena pada temperatur
ini, barium titanat bertransformasi secara spontan dari paraelektrik menjadi
ferroelektrik. Struktur kubik akan terpolarisasi sehingga kisi kristal akan
berubah sekitar 1% dan akibatnya struktur kristal berubah menjadi tetragonal.
Pada keadaan ini, atom titanium akan bergeser keatas sebesar 0,006 nm, sehingga
bagian atas akan bermuatan positif dan bagian bawah akan bermuatan negatif.
Akibatnya, struktur kristal barium titanat akan berubah dari kubik menjadi
tetragonal. Hal ini sangat penting untuk dapat menjelaskan proses dielektrik
material.
Gambar Struktur
Tetragonal dari BaTiO3 (a) posisi atom dalam 3 dimensi (b) posisi
atom dalam 2 dimensi.
Sifat dielektrik dari single
crystal barium titanat pertama kali diteliti oleh Merz. Pada struktur
kristal kubik hanya ada satu konstanta dielekrik, sedangkan pada struktur
kristal tetragonal terdapat dua yaitu ΞΊa dan ΞΊc. Kedua
konstanta ini dapat diukur pada satu kristal tunggal. Pada struktur kristal
orthorhombik dan rhombohedral sangat sulit menjelaskan konstanta dielektriknya.
Pada gambar menunjukkan konstanta dielektrik terhadap fungsi dari temperatur.
Pada gambar ini, hanya harga konstnta dielektrik pada struktur kristal
tetragonal yang mempunyai arti yang jelas. Harga konstanta dielektrik mencapai
harga yang terbesar pada saat temperatur pada barium titanat terletak pada
titik temperatur curie. Pada saat temperatur 120 oC konstanta
dielektrik dari barium titanat mempunyai harga sebesar 10000. Seperti
dijelaskan sebelumnya, pada temperatur ini, barium titanat terjadi polarisasi
spontan dari paraelektrik menjadi ferroelektrik. Kristal barium titanat menjadi
metastabil sehingga terjadi perubahan fasa antara kubik menjadi tetragonal.
Akibatnya harga dari konstanta dielektrik dari barium titanat mempunyai harga
yang tinggi[4].
Gambar Konstanta
dielektrik dari Barium Titanat (BaTiO3) terhadap fungsi temperatur
Barium titanat
mempunyai keuntungan yaitu temperatur curie (Tc) yang mendekati temperatur
kamar dibandingkan material ferroelektrik lainnya. Tabel menunjukkan
perbandingan temperatur curie barium titanat.
Tabel Temperatur
curie material ferrolektrik
Material
Ferroelektrik
|
Tc (oC)
|
Barium Titanate, BaTiO3
|
120
|
Potassium niobate, KNbO3
|
434
|
Potassium dihydrogen
phosphate, KDP, KH2PO4
|
-150
|
Lead Titanate, PbTiO3
|
490
|
Lithium Niobate, LiNbO3
|
1210
|
Bismuth Titanate, Bi4Ti3O12
|
675
|
Gambar
menunjukan skema orientasi polarisasi kristal barium titanat yang menjelaskan
bahwa terdapat harga konstanta dielektrik yang berlainan. ΞΊa adalah
konstanta dielektrik pada keadaan vektor polarisasi sejajar dan ΞΊc
konstanta dielektrik pada keaadan vektor polarisasi tegak lurus. Hal ini
menunjukkan bahwa arah orientasi polarisasi dapat menentukan harga dari
konstanta dielektrik itu sendiri.
Metode sintesis material fungsional pada umumnya dapat dilakukan
secara fisika atau secara kimia atau gabungan keduanya. Secara fisika sintesis
bahan dapat dilakukan melalui proses sintering, parsial melting, atau melting.
Proses melting dilakukan dengan tujuan membentuk kristal tunggal, proses
partial melting ditempuh untuk memperoleh polikristal yang terorientasi.
Sedangkan proses sintering dipilih untuk mendapatkan material yang orientasi
butirannya random atau polikristal. Unutk kajian awal, sintering merupakan
pilihan utama dan paling banyak digunakan karena merupakan proses yang murah
dan cepat. Proses presipitasi atau kopresipitasi merupakan contoh sintesis
melalui reaksi kimia. Kedua cara kimia maupun fisika di atas digunakan untuk
mensintesis material bulk.
·
Barium Strontium Titanat
Barium Strontium Titanat (BST)
merupakan salah satu bahan maju untuk aplikasi sirkuit terpadu (IC). Secara khusus, BST memiliki potensi penting
untuk digunakan sebagai sel penyimpan muatan dalam DRAM
(Dynamic Random
Access Memori) karena memiliki konstanta
dielektrik tinggi. Konstanta dielektrik senyawa
ini dapat mencapai 20000 dalam keramik
BST bulk.
Ba1-xSrxTiO3, memiliki struktur perovskit ABX3, yang ditunjukkan pada Gambar 1. Tingginya konstanta dielektrik merupakan hasil dari perpindahan ion Ti
dari pusat oksigen oktahedral.
Berdasarkan penelitian Ba1-xSrxTiO3
menunjukkan kelarutan padat(solid
solubility) penuh atas semua rentang komposi, dengan struktur kubik
pada suhu kamar untuk rentang 0,3
< x < 1, menjadi
tetragonal untuk 0 £ x £ 0,3. Parameter kisi mulai dari 3,905
A untuk SrTiO3, dengan a = 3,994 Γ
dan c = 4,038 Γ
untuk BaTiO3
untuk BST bulk.
Untuk aplikasi DRAM, bentuk kubik BST lebih disukai,
dengan konstanta dielektrik yang tinggi
dicapai dekat pada x = 0,3. Distorsi tetragonal dari
BST terkait dengan transisi paraelektrik-ke-feroelektrik dekat dengan suhu kamar untuk komposisi Ba0,7Sr0,3TiO3.
Gambar 1. Struktur kristal perovskit (Ba,Sr)TiO3.
Teori
Dielektrisitas
Secara sederhana bahan dielektrik adalah bahan yang tidak memiliki
muatan bebas atau semua partikel bermuatannya terikat kuat pada molekul
penyusunnya. Senyawa ini termasuk dalam kelompok kristal non-sentrosimetrik.
Jika dikenai medan listrik, material dielektrik tidak menghantarkan arus
listrik E, tetapi akan timbul
pergeseran listrik D.
Dalam bahan dielektrik, kumpulan momen dipol p membentuk polarisasi P,
yakni jumlah momen dipol persatuan volume. Untuk suatu Kristal, polarisasi
merupakan jumlah momen dipole dalam suatu sel satuan dibagi dengan volume sel.
Jika bahan mengandung jumlah molekul persatuan volume sebanyak N, dan
masing-masing memiliki momen p, maka
polarisasinya dapat didefinisikan sebagai
P= Np
……………………………………..(1)
Dalam kasus ini P, E, p, dan D merupakan besaran berarah. Menurut persamaan Maxwell tentang pergeseran,
D= Β΅0 (E + P) ............................................
(2)
Dengan D adalah
pergeseran (displacement) atau
induksi listrik, Β΅0 adalah
dielektrisitas bahan dalam ruang hampa, E
adalah medan listrik, dan P adalah
polarisasi. Polarisasi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, diantaranya
yaitu, polarisasi elektronik, polarisasi ionik, polarisasi dipolar, polarisasi
muatan ruang.
Secara eksperimen konstanta dielektrik dapat diperoleh dari
pengukuran kapasitansi listrik. Pada kesempatan ini hanya dibahas pengukuran
DC. Kapasitansi merupakan ukuran kemampuan dua konduktor dalam menyimpan muatan
Q, ketika beda potensial V diterapkan yang memenuhi persamaan
C =
Q/V = = Farad (F) ……….…………. (3)
Kapasitansi suatu kapasitor kosong sangat ditentukan oleh geometri.
Konstanta kesebandingan didefinisikan sebagai Ξ΅o merupakan permitivitas ruang hampa. Selanjutnya kapasitansi
kapasitor lempeng sejajar memiliki persamaan
Co = …………………………………… (4)
Dengan
q : muatan listrik (C), d : jarak (m), dan A : luas (m2)
Ketika suatu bahan disisipkan diantara plat sejajar, kapasitansi
menjadi bertambah. Konstanta dielektrik dituliskan seperti pada persamaan (5).
K = = = ………………………………...... (5)
Dengan merupakan permitivitas bahan dielektrik dalam F/m.
C. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
1.
Neraca digital
2.
Mortar dan pestel
3.
Alat cetak/ dies
4.
Alat penekan hidrolik
5.
Tungku listrik/furnace
6.
DC capacitance
7.
Set pengukur I-V
8.
XRF PanAnalytical
9.
XRD Pan Analytical
Bahan
1.
BaCO3
2.
SrCO3
3.
TiO2
Prosedur Eksperimen
1.
Membuat persamaan reaksi untuk membuat Ba1-xSrxTiO3
dengan (1) x = 0 atau BaTiO3 dan
(2) x =0,3 atau Ba0,7Sr0,3TiO3 dari
bahan awal yang disediakan.
2.
Menghitung masing masing bahan dasr jika ingin membuat senyawa
hasil reaksi sebesar 1 gram.
3.
Metimbang bahan dasar tersebut sesuai hasil b
4.
Meuangkan masing masing dalam mortar, dan gerus sampai homogen dan
halus. Pada proses ini dapat digunakan mesin milling.
5.
jika sudah cukup halus selanjutnya memasukkan dalam dies dan cetak
menjadi pil. Menimbang sampel ini.
6.
pil atau sampel pelet itu masukkan dalam cawan alumina atau cawan
keramik. Lalu memasukkan dalam tungku listrik. Membuat program sintering
sebagai berikut. Memanaskan dari temperatur ruang sampai 1000 oC
delgan laju kira-kira 6 sampai 10 oC per menit. Mudahnya mencapai
temperatur 1000 oC tersebut pada 6 jam. Tahan lah pada 1000 oC
selama sekitar 10 sampai 48 jam. Lalu menurunkan sampai temperatur ruang.
7.
jika sudah dingin, mengeluarkan sampel dari tungku. Menimbang
sampel hasil sintering ini. Sampel ini siap dikarakterisasi X-RF, X-RD, dielektrik,
dan I-V.
D. ANALISIS DATA
Cara
Analisis Data
· Untuk analisis
data X-RD menggunakan software PCW23, dengan membandingkan model Ba0,7Sr0,3TiO3 dengan hasil eksperimen
· Menganalisis data
X-RF komposisi unsur hasil eksperimen Ba0,7Sr0,3TiO3
HASIL XRD
A. Ba0,7Sr0,3TiO3
·
Membuat model BaSrTiO3 pada
PCW23
·
Kita masukkan data BaSrTiO3 yang telah kita dapatkan dari data
ICDD.
·
Kemudian dimasukkan data dari hasil XRD bahan yang telah kita buat
Grafik hitam merupakan grafik dari data XRD yang kita peroleh dari
bahan yang kita buat. Dari gambar di atas kita dapat membandingkan antara grafik
hasil percobaan kita dengan grafik dari model yang kita masukkan. Kita dapat
melihat bahwa bidang – bidang kristal antara puncak – puncak model dengan
bidang – bidang kristal hasil eksperimen angka yang sama. Yang berbeda hanya
perbedaan antara ketinggian puncak – puncaknya.
Dari software PCW23 kita juga dapat mengetahui nilai dari kisi a,
b, dan c. Sehingga kita dapat menentukan kemungkinan – kemungkinan nilai h, k,
l, yaitu letak dari bidang – bidang kristal pada BaSrTiO3 hasil
eksperimen.
B. BaTiO3
·
Membuat model BaTiO3
pada PCW23
·
Kita masukkan data BaTiO3 yang telah kita dapatkan dari
data ICSD.
·
Kemudian dimasukkan data dari hasil XRD bahan yang telah kita buat
Grafik hitam merupakan grafik dari data XRD yang kita peroleh dari
bahan yang kita buat. Dari gambar di atas kita dapat membandingkan antara
grafik hasil percobaan kita dengan grafik dari model yang kita masukkan. Kita
dapat melihat bahwa bidang – bidang kristal antara puncak – puncak model dengan
bidang – bidang kristal hasil eksperimen menunjukkan angka yang sama. Yang
berbeda hanya perbedaan antara ketinggian puncak – puncaknya.
Dari
software PCW23 kita juga dapat mengetahui nilai dari kisi a, b, dan c. Sehingga
kita dapat menentukan kemungkinan – kemungkinan nilai h, k, l, yaitu letak dari
bidang – bidang kristal pada BaTiO3 hasil eksperimen.
E. PEMBAHASAN
·
Dari
hasil XRD dengan menggunakan soft ware PCW akan diperoleh gambar dan grafik
seperti di atas.
1.
Ba0,7Sr0,3TiO3
Ba0,7Sr0,3TiO3
dibandingkan dengan data dari ICSD
Garis
merah menunjukkan data ICSD sedangkan garis hitam menunjukkan data hasil
eksperimen. Jika garis merah sefase dengan garis hitam maka data hasil
eksperimen dapat dianggap sebagai data murni yang berarti dapat diasumsikan
hampir tidak ada pengotor di dalam sampel yang dibuat. Akan tetapi jika garis
merah tidak sefase dengan garis hitam maka dapat dikatakan di dalam sampel
terdapat pengotor. Gambar dan grafik menunjukkan bahwa garis merah sefase
dengan garis hitam, artinya sampel yang dibuat hampir tidak ada pengotor di
dalamnya (murni).
2.
BaTiO3
BaTiO3
dibandingkan dengan data dari ICSD
Garis
merah menunjukkan data ICSD sedangkan garis hitam menunjukkan data hasil
eksperimen. Jika garis merah sefase dengan garis hitam maka data hasil
eksperimen dapat dianggap sebagai data murni yang berarti dapat diasumsikan
hampir tidak ada pengotor di dalam sampel yang dibuat. Akan tetapi jika garis
merah tidak sefase dengan garis hitam maka dapat dikatakan di dalam sampel
terdapat pengotor. Gambar B menunjukkan bahwa garis merah sefase dengan garis
hitam, artinya sampel yang dibuat hampir tidak ada pengotor di dalamnya
(murni).
v Pada hasil X-RF BaTiO3 konsentrasi tiap
unsurnya tidak 100% murni atau dengan kata lain fasanya tidak murni, Begitu
juga pada hasil X-RF pada Ba0,7Sr0,.3TiO3
konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau bukan fasa murni unsur Ba, Ti,
dan Sr saja tetapi dijumpai unsur-pengotor seperti P, Ca, Fe, Ni, Cu, Zn, Re.
Adanya pengotor ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor alat
yang digunakan.
·
Parameter kisi dari BaTiO3 yang dibandingkan dengan ICSD
adalah sebagai berikut:
ΓΌ Scalling:
-
Sebelum dibandingkan dengan ICSD sebesar 1.0000
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD sebesar 1.6754
ΓΌ Lattice:
-
Sebelum dibandingkan dengan ICSD:
a = 4.0000
b = 4.0000
c = 4.0240
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
a = 3.9996
b = 3.9996
c = 4.0051
·
Parameter kisi dari Ba0,7Sr0,3TiO3 yang dibandingkan dengan ICSD
adalah sebagai berikut:
ΓΌ Scalling:
-
Sebelum dibandingkan dengan ICSD sebesar 1,0000
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD sebesar 1,6645
ΓΌ Lattice:
-
Sebelum dibandingkan dengan ICSD:
a = 3,9850
b = 3,9850
c = 3,9850
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
a = 3,9828
b = 3,9828
c = 3,9828
ΓΌ Profile:
-
Sebelum dibandingkan dengan ICSD:
U = 0,0000
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
U = 0,5749
ΓΌ paVoigt2:
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
V =
0,0000
W=
-0,7303
-
Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
V =
0,0050
W=
0,2905
Dari keterangan parameter kisi di atas terdapat perbedaan hasil
data antara sebelum dibandingkan dengan ICSD dan sesudah dibandingkan dengan
ICSD. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan komposisi bahan dan tekstur
bahan.
·
Setelah dilakukan pendopingan dan sintering maka selain didapatkan
hasil dari XRD juga didapatkan nilai dari dielektrisitas.
Sebelum dilakukan pendopingan Sr yaitu BaTiO3 mempunyai
dielektrisitas 4,5pF dari data yang sudah ada. Kemudian dibandingkan dengan
data setelah dilakukan pendopingan Sr yaitu Ba0,7Sr0,3TiO3
hasilnya adalah 4,5 pF. Jadi hasilnya sama sebelum dilakukan pendopingan dan
setelah pendopingan.
·
Massa BaCO3+SrCO3+TiO2 sebelum
digerus adalah 1 gram
Massa Ba0,7Sr0,3TiO3
setelah digerus dan dipressing adalah 0,9514 gram
Massa Ba0,7Sr0,3TiO3
disintering adalah 0,7853 gram
Perbedaan massa
sesbelum dan sesudah digerus diakibatkan
banyaknya bahan yang menempel pada mortar sehingga mempengaruhi massanya.
·
Hasil
Dari
hasil eksperimen diperoleh data hasil X-RF yaitu komposisi unsur penyusun Ba0,7Sr0,3TiO3
F. KESIMPULAN
1.
Hasil parameter kisi dari data diatas
Data
dari ICDS
|
Data
Praktikum BaTiO3
|
a
= b = 4.0000
|
a
= b = 3.9996
|
c
= 4.0240
|
c
= 4.0051
|
Data dari ICDS
|
Data dari Praktikum Ba0,7Sr0,3TiO3
|
a = b = c = 3,9850
|
a = b = c = 3.9832
|
2. Pada hasil X-RF BaTiO3 konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau
dengan kata lain fasanya tidak murni, Begitu juga pada hasil X-RF pada
Ba0.7Sr0.3TiO3 konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau bukan fasa murni
unsur Ba, Ti, dan Sr saja tetapi dijumpai unsur-pengotor seperti P,Ca,Fe,Ni,
Cu,Zn,Re.Adanya pengotor ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor
alat yang digunakan.
3.
Nilai dielektrisitas sebelum di dopping dengan Sr adalah 5.3 pF dan
setelah di dopping dengan Sr adalah 4.5 pF
4.
Perbedaan antara senyawa BaTiO3 dengan senyawa dopping BaSrTiO3
adalah karena perbedaan struktur bahan dan komposisi bahannya. Pada saat
sebelum di dopping dengan Sr struktur kristalnya berupa Tetragonal setelah di
dopping dengan Sr struktur kristalnya menjadi Cubic.
5.
Variasi pertambahan lama sintering berpengaruh pada perubahan nilai
konstanta dielektrik, dimana semakin meningkat lama sintering maka nilai
konstanta dielektrik semakin meningkat.
6.
SARAN
1.
Dalam pelaksanaan eksperimen praktikan harus melakukan (sendiri) secara langsung
mensintering bahan di Laboratorium Sentral, sehingga praktkan mengetahui proses
kerja furnace.
2.
Dalam mengerjakan laporan eksperimen seharusnya dilakukan secara
bertahap (tidak dadakan).
G.
DAFTAR PUSTAKA
Arief A; Irzaman; Dahrul M; Dan Syafutra H. Uji Arus Tegangan Film Tipis Ba0,7Sr0,3tio3 dengan Pendadah Niobium Penta Oksida sebagai Sensor Cahaya. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
Darsikin,
Khairurrijal, Sukirno, and M. Barmawi. Sifat Listrik Film Tipis SrTiO3 untuk
Kapasitor MOS. Laboratorium Fisika Material Elektronik, Departemen Fisika
FMIPA ITB. Journal matematika dan sains vol.10 no.3, september 2005, hal 87-91.
Hastutui,
Erna. Analisis Sifat Listrik dan Jenis Cacat Kristal pada Bahan Elektrik Ba0,95Sr0,05TiO3
dengan Doping Y2O3, Jurnal Neutrino.
Vol. 3, No. 2 April 2011
Hsiao-lin,
wang. Structure And Dielectric Properties of Perovskite Barium Titanate
(BaTiO3). Dec 04,2002.san jose state university
Preparation and Properties of Ferroelectric BaTiO3 Thin
Films Produced by The Polymeric Precursor Method.
Jurnal of Material Science Latter 19,2000,1457-1459.
Seno
Hertanto, Agung. Efek Fotovoltaik dan Piroelektrik Ba0,25Sr0,75TiO3
(BST) yang Didadah Niobium (BNST) Menggunakan Metode Chemical Solution
Deposition. 2008
Slipenyuk,
A M. Study Of BaTiO3 Ceramics Doped with Mn and Ce or Nb and Sr.
Condensed Matter Physics, 2003, V0l. 6, No. 2 (34), Pp. 237-244
Vijayalaksmi, R., V.Rajendran. 2010. Synthesis and Characterization
of Cubic BaTiO3 Nanorods Via Facile Hydrothermal Method and Their Optical
Properties. Departemen of physics, presidency college, Chennai, Tamilnadu,
India. Digest journal of nanomaterials and biostructures vol.5, no 2, may 2010,
p.511-517.
Vivi
Fauzia, Cuk Imawan. Spektroskopi Impedansi dari BaTiO3: Studi Efek Self-Heating.
Perpustakaan Universitas Indonesia-Artikel Jurnal.
Yusnafi.
2001. Sintesa Film Ba0,7Sr0,3Tio3 Karakterisasi
Sifat Ferroelektrik dan Kristalnya.