Tampilkan postingan dengan label education. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label education. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Maret 2012

Coba Dengar Ini, Teman!


kucing menjadi singa
Awalnya, saya bertemu dengan komunitas yang suka nongkrong di belakang kantin. Saya tertarik sekali ketika mendengar bahwa orang-orang itu mengumpulkan dana dengan meminta sumbangan melalui kotak amal dan donatur, serta ngamen. Saya semakin penasaran, sebenarnya mereka akan melakukan apa. Dan saat saya bincang-bincang, saya pun tau kalo mereka akan mengunjungi sebuah yayasan anak cacat. Dari pembicaraan itulah, saya sangat tertarik sekali untuk ikut aktif di dalamnya. Kepanitian sudah terbentuk, dan saya hanya menjadi pupuk bawang. Saya menawarkan diri melakukan sesuatu yang saya bisa untuk membantu panitia menyiapkan acara.
Hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012, waktu berbenturan dengan acara diklat An nashih, dan saya selaku co sie konsumsi juga, tapi entah kenapa saya lebih memprioritaskan untuk mengikuti bhaksos hari itu.
Sekitar 30 menit saya menunggu teman saya di depan gang. Karena dia bangun kesiangan gara-gara malamnya dia masih mendekor ruangan sampai jam 1 malam, akhirnya kita sedikit telat datang ke yayasan. Sesampainya disana, saya bertemu dengan anak-anak manis yang memilki keterbatasan fisik, yang biasa orang bilag anak cacat.
Entah dari mana datangnya bulir-bulir air mata ini, yang jelas saya merasakan tetesan air mata di pipi. Saya berusaha keras untuk tersenyum, tapi mata tak juga mau diajak kompromi.
Saya mencoba menyapa mereka, dan benar sekali, mereka sangat ramah. Dan sangat terbuka. Hati saya semakin terenyuh, dan luruh oleh senyum mereka.
Pembukaan, kita menyanyikan lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya.
Disinilah awal saya merasakan kehangatan di dekat mereka.
Acara demi acara pun dimulai, perlombaan seperti mewarnai, memasang kaos kaki, balap kursi roda, dsb.
Mereka tertawa, mereka berjuang, mereka menari, mereka bersorak-sorai, mereka menyanyi, dan mereka bahagia, saya merasakan semua itu...
Dalam penglihatan, saya melihat pemandangan yang begitu sempurna, begitu indah. Di dalam tangis saya, firman Tuhan lagi-lagi terngiang ditelinga saya,,,
,,,fabiaiiyiaalaa irobbikumatukadziban,,,
Kebagiaan yang terpancar dari senyum anak kecil yang dimata orang-orqng adalah cacat atau tidak sempurna,,,
Meskipun mereka terlahir dengan segala kekuranga itu, mereka masih bisa tertawa dan menertawakan kekurangannya,,
Satu hal yang membuat saya menangis tersedu-sedu,,, mereka hanya tahu bahwa hidup adalah anugerah,,,
Ketika kami (seluruh panitia) menyanyikan lagu “sempurna-andra and the backbond” dan lagu “jangan menyerah-D’masiv”, semua hanyut dalam haru, tetapi adik-adik manis itu hanya merasakan bahwa hari ini mereka bahagia.
Yang paling mengesankan dari mereka, ada satu anak kecil yang kurang sempurna di bentuk wajah, tapi dia memilki energi yang luar biasa hebatnya. Dia berlari, menyanyi, menari, berteriak. Seperti itulah semangat adik kecil itu untuk menapaki kehidupan ini. Sesungguhnya dia adalah ciptaan Tuhan yang mampu menghiasi keindahan yang ada di muka bumi ini.
Satu hal yang dapat saya petik untuk kehidupan saya, mereka bersungguh-sungguh untuk hidup,,,
Benar kata rosululloh,,,
Man jadda wa jada,,,
Kebanyakan dari kita mengatakan bahwa dunia ini kejam, tapi mereka tidak mengenal kata “menyerah” untuk hidup di dunia ini.
Subhanallah,,,
Lantas bagaimanakah kita (manusia yang utuh tanpa menyandang kata cacat) mencoba untuk bangkit dari segala kekurangan yang ada pada diri ???
Haruskah kita menyerah, dan mengakui kekalahan kita bahwa kita gagal menjadi manusia seutuhnya dihadapan adik-adik manis itu??
Apakah kita akan terus meratapi keberhasilan yang belum juga sampai ditangan??
Masihkah kita bertanya, “Apa guna aku hidup??” dengan segala kelebihan yang tidak dimiliki oleh adik-adik itu,,,?
Hanya hati nurani yang mampu menjawab segala pelik yang ada pada diri kita masing-masing,,,cobalah bertanya pada hatimu, Teman,,,

Rabu, 14 Desember 2011

So Appreciated

ketika saya menemui seorang laki-laki yang mampu meneteskan air mata karena luapan isi hatinya. saya sangat terharu dan sangat menghormati atas kelembutan hati untuk tiap tetesan air mata.
laki-laki hebat adalah laki-laki yang mampu jujur dengan perasaan (isi hatinya).
bukan berarti dengan menangis, orang berhak seenaknya memandang remeh seseorang.

kita harus mampu membedakan cengeng dengan menangis.
cengeng adalah kebiasaan.
sedangkan menangis adalah akibat luapan dari rasa kasih yang besar.

dan menjadi sesutu yang besar bukan berarti memanfaatkan air mata untuk membeli rasa iba. kebaikan sesuatu pasti akan dinilai dengan ketulusan.
maka tulus dan tidaknya sesutu pasti akan nampak untuk kebaikan-kebaikan yang besar...
semangat...^_^

Sabtu, 03 September 2011

Kewajiban di Atas Kewajiban

Tahun ini terjadi perbedaan waktu solat Idul Fitri, seperti tahun-tahun yang lalu. Tetapi perbedaaan ini bukan dikarenakan islam NU atau islam Muhammadiyah melainkan karena perbedaan sumber informasi hilal. Terjadi perselisihan, selalu saja terjadi. [saling menyalahkan]
Padahal, setiap keyakinan memiliki dasar yang tidak bisa dibantahkan. Setiap orang berhak menganut dan mengikutinya. Aih.............**bersambung @_@”
Sulit benar menulis berita, kepala terasa buntu, tidak ada ide. Mungkin, karena sekarang saya memikirkan deadline tugas-tugas yang belum juga tersentuh oleh tangan gemulai ini [majas].
Hp selalu saja berdering, sms masuk. Semua bernadakan ajakan halalbihalal. Semua teman mengharapkan reuni bersama. Sedangkan dalam keluarga, sudah menjadi tradisi para pemuda untuk berkeliling silaturahim ke saudara-saudara [jauh]. Baiklah saya utamakan semua, tapi lebih utama keluarga jika waktunya berbenturan. Hehe........
Reuni akbar di pondok bertepatan dengan datangnya pak lek saya dari tanah suci [umroh].
Saya putuskan, saya tidak hadir reuni pondok. [lagi-lagi Hp berdering, ada nada kecewa dalam sms yang saya terima].
Ketika saya mengunjungi pak lek, saya bertemu semua saudara dari keluarga ayah yang berkumpul di rumah pak lek. Fajar, anak pak lek, yang kuliah di Bandung, banyak bercerita tentang pengalamannya kuliah di ITB yang sempat tidak lulus, karena tidak ikut ujian saat ayahnya tak sadarkan diri di rumah sakit.
Ya, jika kita dihadapkan pada peristiwa yang sama seperti yang dialami Fajar saya pikir semua akan sulit untuk memutuskan. Ikut ujian? Atau menjaga ayah?
Tapi, dengan tegas dia katakan ‘saya menjaga ayah’, yang berarti harus meninggalkan ujian. Dia beralasan, dia masih bisa mengulang tahun depan. Sedangkan kondisi ayah adalah yang lebih utama dari segalanya.
Sebenarnya, dari pihak kakak sangat menyanyangkan pilihan yang ditetapkan oleh Fajar. Tapi, apa boleh buat, baginya, ayah lebih penting daripada ujian.
Dia adalah pemuda yang optimis, sungguh-sungguh, rajin dan satu hal yang saya suka darinya, dia berkata sesuai apa yang dia lakukan. Dengan perawakan tinggi dan tegap. Jadi, secara kasat mata dia terlihat tampan.
Mungkin, karakternya terbentuk karena didikan pak lek yang sangat keras padanya sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarganya.
Pelajaran yang bisa saya ambil adalah sekeras apapun orang tua kepada anak, semata-mata karena bentuk kasih sayang kepada anak yang mengharapkan yang terbaik untuk anak. Saya pun berpikir, hal apa yang pantas saya persembahkan untuk kedua orang tua yang sangat saya cintai dan mencintai saya tanpa pamrih ini?
Betapa tegas Tuhan mengingatkan kita [anak] untuk selalu taat dan berbhakti kepada keduanya. Sesungguhnya ridlo Tuhan bersama ridlo orang tua [terutama ibu].
Semoga yang terbaik selalu mengiringi langkah kita semua...amin....

Kehormatan Harusnya Terjaga untuk Rakyat

Sering terdengar jargon yang berbunyi ‘yang tua yang berpengalaman’. Kata ini memang bagus, tapi tak bermakna jika hal ini disangkutpautkan dengan metode kerja. Kata yang tepat dalam dunia keahlian, siapa yang ahli maka dia yang memimpin, bukan berarti yang sudah berkepala banyak lantas sudah mesti yang memimpin. Sangat tidak adil atau bahkan hal yang bodoh jika jargon di atas dijadikan pedoman. Siapa bilang yang muda tak berpengalaman? Harusnya ini dijadikan koreksi oleh bapak-ibu yang sedang duduk dalam kursi kepemimpinan.
Semua gila bola, yang protes berarti tidak termasuk. Akhir-akhir ini, semua orang disibukkan melihat pertandingan para garuda kesatria kita. Ribuan penonton sesak memenuhi tribun. Pandangan menjadi suram ketika di situ tersorot dengan jelas, ibu negara kita melonjak kegirangan karena Gonzalles mencetak gol. Perasaan sedih bercampur kecewa menjadi satu, sungguh pemandangan yang tidak mendidik. Harusnya para wartawan sadar akan hal ini, tontonan ini dilihat oleh seluruh penjuru negeri dan penikmatnya dimulai dari usia balita sampai manula.
Guru merupakan singkatan dalam bahasa Jawa ‘digugu lan ditiru’, yang artinya guru itu sebagai panutan dan contoh. Menyandang gelar guru memang sangat berat. Karena tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa dengan penuh cinta, tidak sembarangan orang mampu melaksanakannya. Apalagi gelar ibu negara, setiap langkah geraknya selalu menjadi sorotan seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia. Hal yang sudah menjadi kewajiban yang tak perlu dituliskan dalam undang-undang bahwa tak pantas seorang ibu negara menjerit dan bersorak-sorai karena meluapkan seluruh emosinya. Bukankah seseorang bisa dikatakan mempunyai kepribadian baik ketika seseorang mampu mengendalikan emosinya. Baik itu susah atau senang yang teramat, orang itu mampu mengontrol, dan membuat dirinya seakan berada dalam kondisi baik-baik saja.
Lebih menyedihkan lagi, ketika melihat bapak negara tikus menangis melihat para korban bencana alam. Salah satu pertanyaan dari rakyat yang wajib dijawab, ‘apakah dengan tangisan itu, anak, istri dan rumah kami bisa kembali? Rakyat butuh penanganan konkrit dari bapak negara, jangan dipikir hanya dengan tangisan semua masalah yang menimpa rakyat teratasi’.
Mungkin saat ini memang sedang trend, mengumbar segala bentuk emosi atau bahkan menjual emosi mereka kepada khalayak luas. Jika berpikir perut, semua orang mampu melakukannya. Tapi untuk memilih seorang pemimpin, tidak segampang seperti yang mampu dilihat oleh kasat mata, karena semua butuh pemikiran, layak dan tidaknya seorang untuk diserahi amanah untuk membesarkan anak bangsa negara tercinta ini, itu menjadi perhitungan utama.
Sadar atau tidak, semua penilaian keberhasilan dalam suatu negara ditentukan oleh pemimpin. Jadi, dapat disimpulkan, moral pemimpin tercermin pada moral bangsa, entah itu korupsi, atau sex bebas, dll. yang mengalami penurunan atau bahkan peningkatan.

Bimbang is Not My Style


Pelajaran berharga malam ini, setelah menyaksikan Mario Teguh the golden ways adalah di dalam keadaan apapun, kita harus tegas pada diri sendiri untuk berani memutuskan. Meskipun masih dalam kondisi mungkin, kita tetap harus berani untuk memutuskan karena semua kesalahan yang disebabkan oleh keputusan kita adalah sebuah pembelajaran untuk melangkah ke posisi yang tinggi. Jadi jangan pernah takut untuk mengambil keputusan.
Pada keadaan bimbang kita harus putuskan, pada keadaan salah kita harus putuskan dan pada keadaan takut kita juga harus putuskan. Selalu putuskan segala sesuatu dengan pertimbangan kebaikan. Jangan pernah takut gagal karena yang menentukan kita sukses adalah Tuhan.
Satu hal yang sangat penting adalah untuk melakukan kebaikan tidak ada kata pengorbanan, melainkan keletihan sejenak setelah bekerja, yang merupakan proses untuk mencapai kebahagiaan. Kata pengorbanan hanya digunakan karena dia melakukan sesuatu yang tidak baik.
Satu hal lagi yang pantas direnungi adalah masa muda adalah masa dimana kita merasakan keresahan dan segala sesuatu terasa ruwet atau semrawut. Dan usia 50 tahun, dimana kedamaian akan terasa dan tercapai. (Dhani)