Jumat, 02 Maret 2012

LAPORAN


SINTESIS SENYAWA PEROVSVKIT Ba1-xSrxTiO3 (x = 0,0; 0,1) MELALUI SINTERING DAN KARAKTERISASI STRUKTUR DAN DIELEKTRISITAS

A. TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat mengetahui fasa murni BaTiO3 dan Ba0,7Sr0,3TiO3
2.      Mahasiswa dapat mengetahui parameter kisi BaTiO3, Ba0,7Sr0,3TiO3 dan data standar ICSD dengan software PCW23
3.      Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh doping Sr terhadap struktur kristal
4.      Mahasiswa mampu membandingkan nilai dielektrisitas dari BaTiO3 dan sesudah didoping dengan Sr.
5.      Mahasiswa mampu Menganalisis data X-RF komposisi unsur hasil eksperimen Ba0,7Sr0,3TiO3

B.  DASAR TEORI
Ferroelektrik merupakan material elektronik khusunya dielektrik yang terpolarisasi spontan dan memiliki kemampuan untuk mengubah  arah listrik internalnya. Polarisasi yang terjadi merupakan hasil dari penerapan medan yang mengakibatkan adanya ketidaksimetrisan struktur kristal pada suatu material ferroelektrik.
Penelitian terhadap material ferroelektrik sangat menjanjikan terhadap perkembangan device generasi baru sehubungan dengan sifat-sifat unik yang dimilikinya. Penerapan material ferroelektrik berdasarkan sifat-sifatnya adalah sifat histerisis dan tetapan dielektrik yang tinggi dapat diterapkan pada sel memori Dynamic Random Acsess Memory (DRAM), sifat piezo-elektrik  dapat digunakan sebagai mikroaktuator dan sensor, sifat polaryzability dapat diterapkan sebagai  Non Volatile Ferroelectric Random Acsess Memory (NVFRAM), sifat pyroelektrik dapat diterapkan pada sensor infra merah dan sifat elektro-optik dapat diterapkan pada switch termal infra merah. Penggunaan film tipis ferrolektrik sebagai memori keuntungannya  bila dibandingkan dengan sistem magnetik. Sistem magnetik hanya mampu menyimpan 105 bit/cm2, sedangkan memori yang terbuat dari ferroelektrik mampu menyimpan hingga 108 bit/cm2. Keuntungan lain adalah sebagai memori permanent yang mampu menekan kehilangan informasi selama proses berulang.
·        Barium Titanat
Barium titanat (BaTiO3), pertama kali diteliti pada awal tahun 1940an oleh peneliti-peneliti dari Amerika, Jepang dan Rusia. Barium titanat pada saat ini merupakan material ferroelektrik yang sangat cepat perkembangan penelitiannya. Hal ini menarik karena barium titanat mempunyai struktur kristal perovskite yang sederhana, hal ini dapat mempermudah pemahaman tentang material ferroelektrik itu sendiri. Barium titanat mudah diaplikasi karena dalam segi kimia maupun mekanik lebih stabil dan mempunyai temperatur curie yang mendekati temperatur kamar dibandingkan material ferroelektrik lainnya. Aplikasi dari barium titanat antara lain sebagai kapasitor baik sebagai kapasitor multilayer maupun kapasitor single layer, sebagai sensor tekanan dan sensor suh
Sruktur Kristal dari Barium Titanat ( BaTiO3 )
Barium titanat mempunyai struktur kristal perovskite yang mengacu pada struktur kristal kalsium titanat (CaTiO3). Dalam struktur kalsium titanat, terdapat beberapa kation besar yang dapat membentuk struktur close pack berasamaan dengan oksigen. Ion-ion kalsium dan oksigen secara bersama membentuk bangunan cubic close packing dengan ion Ti4+ yang kecil menempati posisi interstitial oktahedron. Termasuk dalam struktur ini, BaTiO3, SrTiO3, CaZrO3, SrSnO3. Dalam struktur ini dimungkinkan untuk mensubtitusi sebagian dari kation-kationnya, seperti dalam (BaSr)TiO3, Pb(MnNb)O3. Dalam satu kristal perovskite barium titanat, terdapat satu atom barium, satu atom titanium dan tiga atom oksigen. Gambar  menunjukkan struktur kristal perovskite dari barium titanat (BaTiO3).
Gambar Struktur kristal perovskite dari Barium  Titanat (BaTiO3)

Gambar Struktur kristal perovskite dari Barium  Titanat (BaTiO3)
Perubahan Struktur Kristal dari Barium Titanat (BaTiO3)
Barium titanat mempunyai 5 struktur kristal yang berbeda yaitu hexagonal, kubik, tetragonal, orthorhombik dan rhombohedral. Struktur kristal hexagonal dan struktur kristal kubik dari barium titanat mempunyai sifat paraelektrik, sedangkan pada struktur kristal tetragonal, orthorhombik dan rhombohedral dari barium titanat mempunyai sifat sebagai material ferroelektrik.
2.jpg
Gambar Perubahan struktur kristal dari Barium Titanat
Pada temperatur diatas 1460 oC barium titanat mempunyai struktur kristal hexagonal. Pada saat terjadi pendinginan pada suhu 1460 oC, terjadi perubahan struktur kristal dari hexagonal menjadi kubik. Keadaan yang sangat penting terjadi pada temperatur 120 oC karena pada temperatur ini, barium titanat bertransformasi secara spontan dari paraelektrik menjadi ferroelektrik. Struktur kubik akan terpolarisasi sehingga kisi kristal akan berubah sekitar 1% dan akibatnya struktur kristal berubah menjadi tetragonal. Pada keadaan ini, atom titanium akan bergeser keatas sebesar 0,006 nm, sehingga bagian atas akan bermuatan positif dan bagian bawah akan bermuatan negatif. Akibatnya, struktur kristal barium titanat akan berubah dari kubik menjadi tetragonal. Hal ini sangat penting untuk dapat menjelaskan proses dielektrik material.
3.jpg
Gambar Struktur Tetragonal dari BaTiO3 (a) posisi atom dalam 3 dimensi (b) posisi atom dalam 2 dimensi.
Sifat dielektrik dari single crystal barium titanat pertama kali diteliti oleh Merz. Pada struktur kristal kubik hanya ada satu konstanta dielekrik, sedangkan pada struktur kristal tetragonal terdapat dua yaitu κa dan κc. Kedua konstanta ini dapat diukur pada satu kristal tunggal. Pada struktur kristal orthorhombik dan rhombohedral sangat sulit menjelaskan konstanta dielektriknya. Pada gambar menunjukkan konstanta dielektrik terhadap fungsi dari temperatur. Pada gambar ini, hanya harga konstnta dielektrik pada struktur kristal tetragonal yang mempunyai arti yang jelas. Harga konstanta dielektrik mencapai harga yang terbesar pada saat temperatur pada barium titanat terletak pada titik temperatur curie. Pada saat temperatur 120 oC konstanta dielektrik dari barium titanat mempunyai harga sebesar 10000. Seperti dijelaskan sebelumnya, pada temperatur ini, barium titanat terjadi polarisasi spontan dari paraelektrik menjadi ferroelektrik. Kristal barium titanat menjadi metastabil sehingga terjadi perubahan fasa antara kubik menjadi tetragonal. Akibatnya harga dari konstanta dielektrik dari barium titanat mempunyai harga yang tinggi[4].
4.jpg
Gambar Konstanta dielektrik dari Barium Titanat (BaTiO3) terhadap fungsi temperatur
Barium titanat mempunyai keuntungan yaitu temperatur curie (Tc) yang mendekati temperatur kamar dibandingkan material ferroelektrik lainnya. Tabel menunjukkan perbandingan temperatur curie barium titanat.
Tabel  Temperatur curie material ferrolektrik
Material Ferroelektrik
Tc (oC)
Barium Titanate, BaTiO3
120
Potassium niobate, KNbO3
434
Potassium dihydrogen phosphate, KDP, KH2PO4
-150
Lead Titanate, PbTiO3
490
Lithium Niobate, LiNbO3
1210
Bismuth Titanate, Bi4Ti3O12
675
 Gambar  menunjukan skema orientasi polarisasi kristal barium titanat yang menjelaskan bahwa terdapat harga konstanta dielektrik yang berlainan. κa adalah konstanta dielektrik pada keadaan vektor polarisasi sejajar dan κc konstanta dielektrik pada keaadan vektor polarisasi tegak lurus. Hal ini menunjukkan bahwa arah orientasi polarisasi dapat menentukan harga dari konstanta dielektrik itu sendiri.
Metode sintesis material fungsional pada umumnya dapat dilakukan secara fisika atau secara kimia atau gabungan keduanya. Secara fisika sintesis bahan dapat dilakukan melalui proses sintering, parsial melting, atau melting. Proses melting dilakukan dengan tujuan membentuk kristal tunggal, proses partial melting ditempuh untuk memperoleh polikristal yang terorientasi. Sedangkan proses sintering dipilih untuk mendapatkan material yang orientasi butirannya random atau polikristal. Unutk kajian awal, sintering merupakan pilihan utama dan paling banyak digunakan karena merupakan proses yang murah dan cepat. Proses presipitasi atau kopresipitasi merupakan contoh sintesis melalui reaksi kimia. Kedua cara kimia maupun fisika di atas digunakan untuk mensintesis material bulk.
·        Barium Strontium Titanat
Barium Strontium Titanat (BST) merupakan salah satu bahan maju untuk aplikasi sirkuit terpadu (IC). Secara khusus, BST memiliki potensi penting untuk digunakan sebagai sel penyimpan muatan dalam DRAM (Dynamic Random Access Memori) karena memiliki konstanta dielektrik tinggi. Konstanta dielektrik senyawa ini dapat mencapai 20000 dalam keramik BST bulk.
Ba1-xSrxTiO3, memiliki struktur perovskit ABX3, yang ditunjukkan pada Gambar 1. Tingginya konstanta dielektrik merupakan hasil dari perpindahan ion Ti dari pusat oksigen oktahedral. Berdasarkan penelitian Ba1-xSrxTiO3 menunjukkan kelarutan padat(solid solubility) penuh atas semua rentang komposi, dengan struktur kubik pada suhu kamar untuk rentang 0,3 < x < 1, menjadi tetragonal untuk 0 £ x  £ 0,3. Parameter kisi mulai dari 3,905 A untuk SrTiO3, dengan a = 3,994 Ã… dan c = 4,038 Ã… untuk BaTiO3 untuk BST bulk. Untuk aplikasi DRAM, bentuk kubik BST lebih disukai, dengan konstanta dielektrik yang tinggi dicapai dekat pada x = 0,3. Distorsi tetragonal dari BST terkait dengan transisi paraelektrik-ke-feroelektrik dekat dengan suhu kamar untuk komposisi Ba0,7Sr0,3TiO3.
Gambar 1.  Struktur kristal perovskit (Ba,Sr)TiO3.
Teori Dielektrisitas
Secara sederhana bahan dielektrik adalah bahan yang tidak memiliki muatan bebas atau semua partikel bermuatannya terikat kuat pada molekul penyusunnya. Senyawa ini termasuk dalam kelompok kristal non-sentrosimetrik. Jika dikenai medan listrik, material dielektrik tidak menghantarkan arus listrik E, tetapi akan timbul pergeseran listrik D.
Dalam bahan dielektrik, kumpulan momen dipol p membentuk polarisasi P, yakni jumlah momen dipol persatuan volume. Untuk suatu Kristal, polarisasi merupakan jumlah momen dipole dalam suatu sel satuan dibagi dengan volume sel. Jika bahan mengandung jumlah molekul persatuan volume sebanyak N, dan masing-masing memiliki momen p, maka polarisasinya dapat didefinisikan sebagai
                                                P= Np  ……………………………………..(1)
Dalam kasus ini P, E, p, dan D merupakan besaran berarah.  Menurut persamaan Maxwell tentang pergeseran,
                                                D= µ0  (E + P) ............................................ (2)
Dengan D adalah pergeseran (displacement) atau induksi listrik, µ0  adalah dielektrisitas bahan dalam ruang hampa, E adalah medan listrik, dan P adalah polarisasi. Polarisasi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, diantaranya yaitu, polarisasi elektronik, polarisasi ionik, polarisasi dipolar, polarisasi muatan ruang.
Secara eksperimen konstanta dielektrik dapat diperoleh dari pengukuran kapasitansi listrik. Pada kesempatan ini hanya dibahas pengukuran DC. Kapasitansi merupakan ukuran kemampuan dua konduktor dalam menyimpan muatan Q, ketika beda potensial V diterapkan yang memenuhi persamaan
C = Q/V =    = Farad (F) ……….…………. (3)
Kapasitansi suatu kapasitor kosong sangat ditentukan oleh geometri. Konstanta kesebandingan didefinisikan sebagai εo merupakan permitivitas ruang hampa. Selanjutnya kapasitansi kapasitor lempeng sejajar memiliki persamaan
Co =  …………………………………… (4)
Dengan q : muatan listrik (C), d : jarak (m), dan A : luas (m2)
Ketika suatu bahan disisipkan diantara plat sejajar, kapasitansi menjadi bertambah. Konstanta dielektrik dituliskan seperti pada persamaan (5).
K =  =  =  ………………………………......  (5)
Dengan  merupakan permitivitas bahan dielektrik dalam F/m.
C.  METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
1.      Neraca digital
2.      Mortar dan pestel
3.      Alat cetak/ dies
4.      Alat penekan hidrolik
5.      Tungku listrik/furnace
6.      DC capacitance
7.      Set pengukur I-V
8.      XRF PanAnalytical
9.      XRD Pan Analytical
Bahan
1.      BaCO3
2.      SrCO3
3.      TiO2

Prosedur Eksperimen
1.      Membuat persamaan reaksi untuk membuat Ba1-xSrxTiO3 dengan (1) x = 0 atau BaTiO3 dan  (2) x =0,3 atau Ba0,7Sr0,3TiO3 dari bahan awal yang disediakan.
2.      Menghitung masing masing bahan dasr jika ingin membuat senyawa hasil reaksi sebesar 1 gram.
3.      Metimbang bahan dasar tersebut sesuai hasil b
4.      Meuangkan masing masing dalam mortar, dan gerus sampai homogen dan halus. Pada proses ini dapat digunakan mesin milling.
5.      jika sudah cukup halus selanjutnya memasukkan dalam dies dan cetak menjadi pil. Menimbang sampel ini.
6.      pil atau sampel pelet itu masukkan dalam cawan alumina atau cawan keramik. Lalu memasukkan dalam tungku listrik. Membuat program sintering sebagai berikut. Memanaskan dari temperatur ruang sampai 1000 oC delgan laju kira-kira 6 sampai 10 oC per menit. Mudahnya mencapai temperatur 1000 oC tersebut pada 6 jam. Tahan lah pada 1000 oC selama sekitar 10 sampai 48 jam. Lalu menurunkan sampai temperatur ruang.
7.      jika sudah dingin, mengeluarkan sampel dari tungku. Menimbang sampel hasil sintering ini. Sampel ini siap dikarakterisasi X-RF, X-RD, dielektrik, dan I-V.
D.  ANALISIS DATA
Cara Analisis Data
·      Untuk analisis data X-RD menggunakan software PCW23, dengan membandingkan model Ba0,7Sr0,3TiO3  dengan hasil eksperimen
·      Menganalisis data X-RF komposisi unsur hasil eksperimen Ba0,7Sr0,3TiO3
HASIL XRD
A. Ba0,7Sr0,3TiO3 
·        Membuat  model BaSrTiO3 pada PCW23
 

·        Kita masukkan data BaSrTiO3 yang telah kita dapatkan dari data ICDD.










·        Kemudian dimasukkan data dari hasil XRD bahan yang telah kita buat














Grafik hitam merupakan grafik dari data XRD yang kita peroleh dari bahan yang kita buat. Dari gambar di atas kita dapat membandingkan antara grafik hasil percobaan kita dengan grafik dari model yang kita masukkan. Kita dapat melihat bahwa bidang – bidang kristal antara puncak – puncak model dengan bidang – bidang kristal hasil eksperimen angka yang sama. Yang berbeda hanya perbedaan antara ketinggian puncak – puncaknya.
Dari software PCW23 kita juga dapat mengetahui nilai dari kisi a, b, dan c. Sehingga kita dapat menentukan kemungkinan – kemungkinan nilai h, k, l, yaitu letak dari bidang – bidang kristal pada BaSrTiO3 hasil eksperimen.

















B. BaTiO3

·        Membuat  model BaTiO3 pada PCW23


·        Kita masukkan data BaTiO3 yang telah kita dapatkan dari data ICSD.
 

 ·        Kemudian dimasukkan data dari hasil XRD bahan yang telah kita buat










Grafik hitam merupakan grafik dari data XRD yang kita peroleh dari bahan yang kita buat. Dari gambar di atas kita dapat membandingkan antara grafik hasil percobaan kita dengan grafik dari model yang kita masukkan. Kita dapat melihat bahwa bidang – bidang kristal antara puncak – puncak model dengan bidang – bidang kristal hasil eksperimen menunjukkan angka yang sama. Yang berbeda hanya perbedaan antara ketinggian puncak – puncaknya.
Dari software PCW23 kita juga dapat mengetahui nilai dari kisi a, b, dan c. Sehingga kita dapat menentukan kemungkinan – kemungkinan nilai h, k, l, yaitu letak dari bidang – bidang kristal pada BaTiO3 hasil eksperimen.


                                                                                                                    







E. PEMBAHASAN
·        Dari hasil XRD dengan menggunakan soft ware PCW akan diperoleh gambar dan grafik seperti di atas.
1. Ba0,7Sr0,3TiO3
Ba0,7Sr0,3TiO3 dibandingkan dengan data dari ICSD
Garis merah menunjukkan data ICSD sedangkan garis hitam menunjukkan data hasil eksperimen. Jika garis merah sefase dengan garis hitam maka data hasil eksperimen dapat dianggap sebagai data murni yang berarti dapat diasumsikan hampir tidak ada pengotor di dalam sampel yang dibuat. Akan tetapi jika garis merah tidak sefase dengan garis hitam maka dapat dikatakan di dalam sampel terdapat pengotor. Gambar dan grafik menunjukkan bahwa garis merah sefase dengan garis hitam, artinya sampel yang dibuat hampir tidak ada pengotor di dalamnya (murni).
2. BaTiO3
BaTiO3 dibandingkan dengan data dari ICSD
Garis merah menunjukkan data ICSD sedangkan garis hitam menunjukkan data hasil eksperimen. Jika garis merah sefase dengan garis hitam maka data hasil eksperimen dapat dianggap sebagai data murni yang berarti dapat diasumsikan hampir tidak ada pengotor di dalam sampel yang dibuat. Akan tetapi jika garis merah tidak sefase dengan garis hitam maka dapat dikatakan di dalam sampel terdapat pengotor. Gambar B menunjukkan bahwa garis merah sefase dengan garis hitam, artinya sampel yang dibuat hampir tidak ada pengotor di dalamnya (murni).
v  Pada hasil X-RF BaTiO3 konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau dengan kata lain fasanya tidak murni, Begitu juga pada hasil X-RF pada Ba0,7Sr0,.3TiO3 konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau bukan fasa murni unsur Ba, Ti, dan Sr saja tetapi dijumpai unsur-pengotor seperti P, Ca, Fe, Ni, Cu, Zn, Re. Adanya pengotor ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor alat yang digunakan. 

·        Parameter kisi dari BaTiO3 yang dibandingkan dengan ICSD adalah sebagai berikut:
ü  Scalling:
-         Sebelum dibandingkan dengan ICSD sebesar 1.0000
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD sebesar 1.6754
ü  Lattice:
-         Sebelum dibandingkan dengan ICSD:
a = 4.0000
b = 4.0000
c = 4.0240
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
a = 3.9996
b = 3.9996
c = 4.0051
·        Parameter kisi dari Ba0,7Sr0,3TiO3 yang dibandingkan dengan ICSD adalah sebagai berikut:
ü  Scalling:
-         Sebelum dibandingkan dengan ICSD sebesar 1,0000
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD sebesar 1,6645
ü  Lattice:
-         Sebelum dibandingkan dengan ICSD:
a = 3,9850
b = 3,9850
c = 3,9850
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
a = 3,9828
b = 3,9828
c = 3,9828
ü  Profile:
-         Sebelum dibandingkan dengan ICSD:
U = 0,0000
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
U = 0,5749
ü  paVoigt2:
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
V = 0,0000
W= -0,7303
-         Sesudah dibandingkan dengan ICSD:
V = 0,0050
W= 0,2905
Dari keterangan parameter kisi di atas terdapat perbedaan hasil data antara sebelum dibandingkan dengan ICSD dan sesudah dibandingkan dengan ICSD. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan komposisi bahan dan tekstur bahan.
·        Setelah dilakukan pendopingan dan sintering maka selain didapatkan hasil dari XRD juga didapatkan nilai dari dielektrisitas.
Sebelum dilakukan pendopingan Sr yaitu BaTiO3 mempunyai dielektrisitas 4,5pF dari data yang sudah ada. Kemudian dibandingkan dengan data setelah dilakukan pendopingan Sr yaitu Ba0,7Sr0,3TiO3 hasilnya adalah 4,5 pF. Jadi hasilnya sama sebelum dilakukan pendopingan dan setelah pendopingan.
·        Massa BaCO3+SrCO3+TiO2 sebelum digerus adalah 1 gram
Massa Ba0,7Sr0,3TiO3 setelah digerus dan dipressing adalah 0,9514 gram
Massa Ba0,7Sr0,3TiO3 disintering adalah 0,7853 gram
Perbedaan massa sesbelum dan sesudah digerus  diakibatkan banyaknya bahan yang menempel pada mortar sehingga mempengaruhi massanya.
·        Hasil
Dari hasil eksperimen diperoleh data hasil X-RF yaitu komposisi unsur penyusun Ba0,7Sr0,3TiO3

kel 10(No filter) - Copy.TIF


F. KESIMPULAN                                                                                                  
1.      Hasil parameter kisi dari data diatas
Data dari ICDS
Data Praktikum BaTiO3
a = b = 4.0000
a = b = 3.9996
c = 4.0240
c = 4.0051

Data dari ICDS
Data dari Praktikum Ba0,7Sr0,3TiO3
a = b = c = 3,9850
a = b = c = 3.9832

2.      Pada hasil X-RF BaTiO3 konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau dengan kata lain fasanya tidak murni, Begitu juga pada hasil X-RF pada Ba0.7Sr0.3TiO3 konsentrasi tiap unsurnya tidak 100% murni atau bukan fasa murni unsur Ba, Ti, dan Sr saja tetapi dijumpai unsur-pengotor seperti P,Ca,Fe,Ni, Cu,Zn,Re.Adanya pengotor ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor alat yang digunakan. 
3.      Nilai dielektrisitas sebelum di dopping dengan Sr adalah 5.3 pF dan setelah di dopping dengan Sr adalah 4.5 pF
4.      Perbedaan antara senyawa BaTiO3 dengan senyawa dopping BaSrTiO3 adalah karena perbedaan struktur bahan dan komposisi bahannya. Pada saat sebelum di dopping dengan Sr struktur kristalnya berupa Tetragonal setelah di dopping dengan Sr struktur kristalnya menjadi Cubic.
5.      kel 10(No filter) - Copy.TIFVariasi pertambahan lama sintering berpengaruh pada perubahan nilai konstanta dielektrik, dimana semakin meningkat lama sintering maka nilai konstanta dielektrik semakin meningkat.
6.       




SARAN
1.      Dalam pelaksanaan eksperimen praktikan  harus melakukan (sendiri) secara langsung mensintering bahan di Laboratorium Sentral, sehingga praktkan mengetahui proses kerja furnace.
2.      Dalam mengerjakan laporan eksperimen seharusnya dilakukan secara bertahap (tidak dadakan).
G. DAFTAR PUSTAKA
Arief A; Irzaman; Dahrul M; Dan Syafutra H. Uji Arus Tegangan Film Tipis Ba0,7Sr0,3tio3 dengan Pendadah Niobium Penta Oksida sebagai Sensor Cahaya. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
Darsikin, Khairurrijal, Sukirno, and M. Barmawi. Sifat Listrik Film Tipis SrTiO3 untuk Kapasitor MOS. Laboratorium Fisika Material Elektronik, Departemen Fisika FMIPA ITB. Journal matematika dan sains vol.10 no.3, september 2005, hal 87-91.
Hastutui, Erna. Analisis Sifat Listrik dan Jenis Cacat Kristal pada Bahan Elektrik Ba0,95Sr0,05TiO3 dengan Doping Y2O3, Jurnal Neutrino. Vol. 3, No. 2 April 2011
Hsiao-lin, wang. Structure And Dielectric Properties of Perovskite Barium Titanate (BaTiO3). Dec 04,2002.san jose state university
Preparation and Properties of Ferroelectric BaTiO3 Thin Films Produced by The Polymeric Precursor Method. Jurnal of Material Science Latter 19,2000,1457-1459.
Seno Hertanto, Agung. Efek Fotovoltaik dan Piroelektrik Ba0,25Sr0,75TiO3 (BST) yang Didadah Niobium (BNST) Menggunakan Metode Chemical Solution Deposition. 2008
Slipenyuk, A M. Study Of BaTiO3 Ceramics Doped with Mn and Ce or Nb and Sr. Condensed Matter Physics, 2003, V0l. 6, No. 2 (34), Pp. 237-244
Vijayalaksmi, R., V.Rajendran. 2010. Synthesis and Characterization of Cubic BaTiO3 Nanorods Via Facile Hydrothermal Method and Their Optical Properties. Departemen of physics, presidency college, Chennai, Tamilnadu, India. Digest journal of nanomaterials and biostructures vol.5, no 2, may 2010, p.511-517.
Vivi Fauzia, Cuk Imawan. Spektroskopi Impedansi dari BaTiO3: Studi Efek Self-Heating. Perpustakaan Universitas Indonesia-Artikel Jurnal.
Yusnafi. 2001. Sintesa Film Ba0,7Sr0,3Tio3 Karakterisasi Sifat Ferroelektrik dan Kristalnya.















Comments
0 Comments

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-q =))