2.1
Limbah
Hasil Produksi Gula
Limbah (waste) merupakan bahan sisa yang tidak berguna atau sama sekali
tidak mempunyai nilai ekonomis. Limbah pabrik gula dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu : limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
2.1.1
Limbah
Padat
Limbah pada
produksi gula berupa ampas tebu, blotong dan abu pembakaran ampas tebu.
Ampas
tebu didapatkan dari proses penggilingan sedangkan blotong didapatkan dari
proses akhir pemurnian nira dan abu pembakaran ampas tebu dihasilkan dari
pembakaran ampas tebu di ketel uap.
a. Ampas tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari
proses penggilingan tanaman tebu setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pemurnian gula sehingga
diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal
sebagai ampas tebu (bagasse).
Pada proses penggilingan tebu, terdapat
lima kali proses penggilingan dari batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu. Pada
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning
kecoklatan, kemudian pada proses penggilingan ketiga, keempat dan kelima
dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama. Setelah proses penggilingan awal
yaitu penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah. Untuk
mendapatkan nira yang optimal, pada penggilingan ampas hasil gilingan kedua
harus ditambahkan susu kapur 3Be yang berfungsi sebagai senyawa yang mampu
menyerap nira dari serat ampas tebu, sehingga pada penggilingan ketiga nira
masih dapat diserap meskipun volumenya lebih sedikit dari hasil gilingan kedua.
Pada penggilingan seterusnya hingga penggilingan kelima ditambahkan susu kapur
3Be dengan volume yang berbeda-beda tergantung sedikit banyaknya nira yang
masih dapat dihasilkan.
Kebutuhan energi di pabrik gula dapat
dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel
jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30 % berat tebu dengan kadar
air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari
unsur C (Carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % dan abu (Ash)
2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan
kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal.
Kelebihan jumlah ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi
pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah)
sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena
di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk
akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di
beberapa pabrik gula diduga akibat
proses tersebut. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa
pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan
(inefisien). Dengan cara tersebut
mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu.
b. Blotong
Blotong
merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa endapan berbentuk
padatan semi basah dengan kadar air 50 – 70%, dalam sehari dapat dihasilkan 3,8
– 4 % dari jumlah tebu yang digiling. Blotong yang dihasilkan diangkut dengan
truk kemudian ditampung pada lahan berbentuk cekungan di bagian belakang
pabrik. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah urug dan pengeras jalan. Limbah ini
juga sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang
lain dibuang di lahan terbuka dan dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan
bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut.
c. Abu pembakaran ampas tebu
Abu pembakaran
ampas tebu merupakan sisa pembakaran tidak sempurna ampas tebu yang digunakan
dalam proses pengolahan tebu. Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Komposisi kimia dari abu ampas tebu
terdiri dari beberapa senyawa yang dapat dilihat pada tabel (3.2) berikut.
Tabel
2.3 Komposisi Kimia Abu Pembakaran Ampas Tebu
Senyawa Kimia
|
Prosentase (%)
|
SiO2
|
71
|
Al2O3
|
1,9
|
Fe2O3
|
7,8
|
CaO
|
3,4
|
MgO
|
0,3
|
KzO
|
8,2
|
P2O5
|
3,0
|
MnO
|
0,2
|
2.1.2
Limbah
Cair
Limbah cair pada pabrik gula terdiri
dari air bekas kondensor dan air cuci tapisan. Limbah cair tersebut tidak
mengandung senyawa-senyawa kimia berbahaya, hanya minyak yang terbawa dalam air
cucian dan angka BOD nya yang perlu mendapatkan pengontrolan.
2.1.3
Limbah
Gas
Limbah gas pada pabrik gula umumnya
adalah asap cerobong yang merupakan gas sisa pembakaran dari ketel uap. Asap
cerobong ini dapat digolongkan sebagai aerosol.
Asap cerobong yang mengandung
partikel-partikel arang yang berasal dari pembakaran ampas merupakan asap yang
berbahaya sehingga tidak boleh langsung dibuang ke udara tanpa pengolahan
terlebih dahulu.
Dalam menangani limbah dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
-
Pengendalian Limbah (treatment) yang menggunakan perlakuan tertentu untuk mengatasi
masalah pencemaran yang ditimbulkan tanpa memanfaatkannya.
-
Pemanfaatan (utilization)
yang bertujuan untuk mengatasi masalah pencemaran yang ditimbulkan sekaligus
memanfaatkannya.