Kemurkaanku terhadap peristiwa yang terjadi di sekelilingku merupakan hal yang tak sepantasnya terjadi. Terkadang aku muak dengan dia yang selalu saja mengatas namakan kebenaran untuk menindas kaum-kaum kecil yang tak bersalah. Sungguh keji memang, setiap kali bertatap muka dengan siapa saja yang dia temui, katanya akulah kebenaran. Hal ini sering kali aku temui pada perilakunya. Apa sebenarnya yang ada dipikirannya?
Ketika kecil aku memang sangat nakal dengan merasa akulah benar, dan yang lain tak berhak untuk menghalangi semua urusanku, karena ini kusuka. Setelah semakin aku berjalan seiring dengan usiaku yang juga bertambah, aku sadar bagai bangun di malam gelapku bahwa aku salah. Yah, benar, aku menagis, aku menangis sejadinya dalam heningnya malam. Dan suara angin yang tenang mendamaikan jiwa adalah sahabat terbaikku. Di usia 12 tahunku, kumulai mengenal diriku.
Aku bersyukur sekali, aku dilahirkan dari rahim ibuku sehingga aku mempunyai nenek yang sangat perhatian padaku. Beliau selalu mengingatkanku untuk selalu berbuat kebaikan pada semua orang dan selalu menegorku setiap kali aku akan memulai hal-hal buruk.
Dan di sinilah aku mulai belajar, ketika beliau telah pergi untuk selamanya. Sesungguhnya kebenaran di dunia ini adalah relatif bagi siapa saja yang memaknainya. Tapi bagi umat islam pedoman dalam kebenaran adalah qur’an dan hadist.
Melihat siapa saja yang kutemui, disitu tersimpan sejuta keunikkan yang harus digali. Sangat aneh memang, ketika semua orang menganggap orang lain salah dan dirinya paling benar. Hal itu sangat aneh karena anggapan itu telah merasuki jiwa-jiwa yang kosong hingga aku pun bertanya, semoga ada yang mampu menjawab, dimana harus meletakkan agama untuk kepentingan ini? Sangat menyenangkan memang ketika kita harus mengamati hal-hal yang ada di sekitar. Semua itu mengandung unsur keunikan.
Setiap kali aku melihat layar televisi, selalu saja aku dibuat geram olehnya yang dengan sengaja menghancurkan bangsa demi mengenyangkan perutnya. Karena semua yang tersaji seakan dibuat menjadi sebuah kebenaran. Dasar penjilat!
Betapa senangnya, dia membuat para remaja gelisah dan melupakan masa depan yang indah. Dia berdalih, bukan dia yang salah karena dia benar telah menghibur para penikmat dengan sajian yang menayangkan kemesuman moral dan jiwa-jiwa penjilat seperti dia. Apa-apaan ini.
Aku harap bangsaku sadar bahwa ini semua adalah pembodohan masal. Tapi rasanya hal ini sangat kecil terjadi karena ketidaktahuannya atau mungkin hanya pura-pura saja. Ayolah bangsaku, sampai kapan kau akan tetap seperti ini, yang diinjak sana-sini. Aku ingin setelah perguliran masa kepemimpinan, bangsaku menjadi bangsa maju.