Senin, 25 Juli 2011

Kebingungan Hati Nurani

Aku sekarang merasakan kebingungan yang tak mampu kuterjemahkan sendiri oleh pikiranku. Terlalu rumit untuk kuterjemahkan dengan kata-kata. Ingin sekali kumenyederhanakan segala masalah agar orang lain mampu membaca yang kurasa.

Ah..

Terlalu pusing aku memikirkannya.

Kucoba untuk melakukan pencerahan dengan mengotak-atik laptopku disambi dengan mengirim sms ke teman-teman baikku.

Sebenarnya, ketika aku melihat hal-hal di sekitarku, aku sangat miris dengan berita-berita yang kulihat di televisi. TvOne menayangkan berita bencana alam, MetroTv menayangkan kebobrokan sistem pemerintahan negaraku ini.

Sebenarnya siapa aku ini, akan aku apakan negara ini, yang katanya aku adalah generasi muda, yang dibilang generasi penerus. Padahal aku tidak pernah mau dibilang generasi penerus karena aku adalah generasi pembangun.

Haha..

Lucu sekali bukan?

Kontribusi apa yang pantas kuberikan kepada negeri yang kucintai ini?

Opiniku dalam logika : ‘Aku rela kehilangan masa-masa indah masa muda. Yang kudengar masa muda tidak akan sempurna tanpa dibubuhi dengan pacaran, tapi aku merelakan hal itu. Sudah kubiarkan saja opini itu mengalir dan aku akan tetap pada pendirianku, yaitu cinta tanah airku. Aku rela menghabiskan masa mudaku dengan bercinta dengan indonesiaku. Tapi tetap menikah, karena menikah merupakan sunah Rosul’.

Kebanyakan yang kutahu tentang pola pikir teman-temanku adalah bagaimana caranya mendapatkan jabatan tanpa terlalu berusaha keras.

Aku jadi ingat, pada tanggal 30 Desember 2010, aku mengikuti kunjungan ke Lapas Putri Malang. Kondisinya tidak seperti yang kubayangkan, karena bisa dibilang lokasinya bersih dan bagus.

Di situ kudapatkan banyak sekali ilmu. Bu Ning, seorang psikolog selaku pemateri menyampaikan bahwa Indonesia saat ini sangat merindukan orang-orang idealis. Mereka semakin berkurang seiring berkembangnya zaman. Apalagi dalam dunia hukum, betapa sulitnya menemukan orang-orang yang benar-benar menegakkan hukum tanpa adanya campur tangan dengan money politic. Sudah tidak asing lagi jika dalam menyelesaikan kasus, terdakwa harus sediakan uang sogokan.

Secara pribadi, pasti terbersit rasa marah.

Sampaikan kapan negeriku akan dikuasai oleh orang-orang dzalim itu?

Mungkin untuk berbicaara tentang nasionalisme pada saat ini tidak ada artinya lagi. Karena semasaku sekolah, betapa sulitnya harus menerima pelajaran kewarganegaraan. Entah siapa yang salah yang jelas pelajaran ini terasa sangat membosankan. Tapi anehnya, orang terdahulu mampu mempelajari materi kewarganegaraan dengan khidmat.

Sudahlah, tak perlu mencari kambing hitam.

Sejujurnya, ketika aku kelas 3 SMP, sistem mengajar Pak Puji, guru kewarganegaraan, memang sanga t menakutkan. Semua siswa wajib hafal UUD 1945 jika tidak akan mendapatkan hukuman,yaitu berdiri tegak di depan kelas terkadang dengan menjewer telinganya sendiri. Tapi, sampai sekarang, aku mampu mengingat pembukaan dan beberapa pasal UUD 1945 meskipun banyak juga yang kulupa.

Percaya atau tidak, aku sangat merasakan jiwa nasionalisme yang mengalir dari sang guru ke dalam diriku. Aku merasakan cinta yang luar biasa kepada tanah airku. Dan telah tumbuh dalam diri hingga mengakar di dalam sanubari.

Pelajaran yang terpenting di sini, apa yang tertulis di dalam Alquran sangat benar : saat kiamat telah dekat, akan sulit sekali memegang kebenaran dalam agama.

Di Lapas kujumpai seorang ibu muda yang cantik, yang masih menempuh S3, mantan DPRD Malang tertuduh korupsi. Padahal bisa dibilang beliau hanya tumbal keadilan.

Tapi ada yang lebih mengenaskan lagi, seorang turis luar negeri dari Irak yang tidak fasih berbahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia, divonis 7 tahun dengan tuduhan membawa sabu-sabu sebanyak 2 kg. Ketika ditinjau kasusnya, sebenarnya ibu itu bermaksud menolong orang yang minta tolong membawakan barangnya sebentar saat di bandara. Betapa mengejutkan, ternyata bingkisan itu berisi sabu-sabu 2 gram yang dibungkus handuk basah, yang beratnya terbaca 2 kg pada timbangan. Sangat menjengkelkan, kenapa hakim tidak meninjau ulang kasus tersebut atau kebenarannya.

Banyak yang bilang sebenarnya kasus yang ada tidak murni kasus yang terjadi karena murni kesalahan melainkan kasus-kasus itu adalah pesanan dari aparat hukum untuk kenaikan tingkat.

Satu kata yang dapat kuucapkan, busuk!

Sungguh keji!

Tolong jawab, dimana hati nurani?

Comments
3 Comments

+ sahabat + 3 sahabat

Anonim
28 Agustus 2011 pukul 11.29

Di dalam sanubari nduk....

Terimakasih Anonim atas Komentarnya di Kebingungan Hati Nurani
7 Januari 2013 pukul 10.16

@f4rid4y4t iya mas...hati nurani sekarang masih belum bisa berlaku adil ketika uang telang muncul dan menguasai...semangat terus yak...

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-q =))