3.2.1
Proses Produksi Gula PT.
PG Kebon Agung Malang
Proses produksi gula
dimulai dari pengadaan bahan baku, yaitu tebu. Di PT. PG Kebon Agung Malang,
pasokan tebu sebagai bahan baku produksi gula 99,99% diperoleh dari kebun
petani dari berbagai wilayah dan 0,01% dari kebun perusahaan. Total luas kebun
tebu milik PT. PG Kebon Agung Malang ± 180 hektar dan menyebar dari Pasuruan
sampai ke Gondang Legi.
Salah satu kebun tebu
milik perusahaan PT. PG Kebon Agung Malang adalah kebun tebu yang berada di
desa Sempal Wadak, Kec. Bululawang, Malang. Kebun ini digunakan untuk
membibitkan berbagai varietas jenis tebu yang nantinya akan dijual kepada para
petani sebagai bibit tebu untuk ditanam. Pada pembibitan di kebun ini dilakukan
menggunakan 4 jenjang penanaman, yaitu :
a.
Kebun Bibit Pokok (KBP)
Di jenjang ini varietas tebu yang unggul di bibitkan
pertama kali.
b.
Kebun Bibit Nenek (KBN)
Merupakan jenjang lanjutan setelah KBP.
c.
Kebun Bibit Induk (KBI)
Merupakan jenjang lanjutan setelah KBN.
d.
Kebun Bibit Datar (KBD)
Di jenjang ini tebu telah siap dijual / didistribusikan ke
para petani sebagai Tebu Giling (TG).
Adapun jenis bibit yang
dimiliki oleh kebun tebu milik PT. PG Kebon Agung Malang, yaitu :
1.
Bibit Bagal
Bibit tebu diambil secara keseluruhan dari ladang (ditanam
keseluruhan bagiannya).
2.
Bibit Top Stek
Bibit tebu hanya diambil bagian atasnya saja (pucuk) untuk
dibibitkan.
3.
Bibit Rayungan
Bibit yang bagian atasnya telah dijadikan sebagai top stek
sedangkan bagian bawahnya dibiarkan tumbuh tunas dan tunasnya tersebut
dibibitkan.
Sedangkan langkah-langkah
budidaya tebu yang dilakukan di kebun milik PT. PG Kebon Agung Malang, adalah
sebagai berikut :
1.
Reynoso
Mengolah tanah hanya dengan membuat lubang tanam (tanah
tidak secara keseluruhan diolah)
2.
Mekanisasi
Mengolah tanah dengan mengolahnya secara keseluruhan dengan
menggunakan traktor.
3.
Kepras
Sistem pembibitan ini tidak perlu menggunakan bibit tebu.
Teknik pembibitan ini memanfaatkan tunas akar yang masih tertinggal di tanah.
Akar tebu yang masih tertinggal di tanah hasil dari penanaman sebelumnya
dikepras (potong) sehingga dapat tumbuh tunas baru. Pertumbuhan tunas muncul
sekitar 2 minggu.
Tebu yang datang dari dari
berbagai wilayah diseleksi pada Stasiun Penerimaan dengan mengukur Brix dan Pol dari tebu tersebut sehingga diketahui nilai Rendemen tebu tersebut. Brix merupakan nilai kadar kering
terlarut dalam tebu. Pol dianggap
mewakili kadar sukrosa dalam nira. Rendemen
merupakan jumlah kg gula yang dihasilkan dalam 1 kuintal tebu. Rendemen dibagi
menjadi 3, yaitu :
1.
Rendemen Harian
Merupakan rendemen yang dianalisa saat tebu mulai dari
kebun sampai datang di pabrik (gilingan 1).
2.
Rendemen Sementara
Merupakan Rendemen yang didapatkan dari analisa tebu saat
masih di kebun.
3.
Rendemen Kualitatif
Rendemen yang didapatkan dari analisa air tebu (nira) yang
berada di masakan.
Tebu dikatakan layak
giling jika memenuhi syarat MBS (Manis, Bersih, Segar). Dikatakan Manis jika telah tua. Dikatakan Bersih jika tebu berbebas dari daun
kering, akar. Dikatakan Segar jika waktu
penebangan tebu dengan waktu penggilingan tidak tarlampau lama, kurang lebih 36
jam. Tebu juga harus memiliki faktor kemasakan < 25 %, dimana :
Tebu yang lolos seleksi
selanjutnya diangkut truk ke timbangan dengan menghitung Bruto, Tarra, dan
Nettonya. Bruto merupakan berat truk
yang berisi tebu pada timbangan dan Tarra
merupakan berat truk tanpa tebu, sedangkan Netto
merupakan berat tebu sesungguhnya, yaitu merupakan selisih dari Bruto dengan
Tarra.
Netto = Bruto -
Tarra
|
Setiap harinya jumlah truk yang masuk di PT. PG
Kebon Agung Malang yang mengangkut tebu untuk digiling sekitar 1000 s/d 1100
truk. Target penggilingan yang akan dilakukan PT. PG Kebon Agung Malang selama
masa gilingan sekitar 18.000 hektar atau lebih kurang sekitar 15,3 juta kuintal
tebu yang akan digiling. Adapun pembagian masa penggilingan tebu di PT. PG
Kebon Agung Malang, yaitu :
a.
Masak Awal (April – Juli)
Varietas tebu : PS 881, PS 862
b.
Masak Tengah (Agustus –
September)
Varietas tebu : PS 864, KK
c.
Masak Akhir (Oktober –
Desember)
Varietas tebu : BL
Awal produksi gula terjadi di bagian Stasiun
Gilingan. Secara garis besar alur produksi gula di PT. PG Kebon Agung Malang
dapat dilihat pada gambar 3.4 (terlampir).
Tebu dari timbangan selanjutnya diangkut ke meja tebu dengan bantuan crane dan dibongkar untuk dimasukkan ke
dalam cane carrier. Di dalam cane
carrier terdapat leveler yang
berfungsi untuk meratakan tebu agar
kerja cane carrier tidak terlalu
berat. Tebu selanjutnya diangkut ke cane
cutter untuk dipotong menjadi potongan-potongan kecil. Potongan tebu
selanjutnya dibawa ke Heavy Duty Hammer
Shredder (HDHS) untuk dicacah dan dihancurkan agar tebu lebih halus dan
mudah diperas saat proses penggilingan. Setelah itu, tebu dibawa oleh intermediate carrier menuju ke gilingan
untuk diperas air tebunya (nira).
Dari penggilingan ini diperoleh hasil berupa nira mentah yang selanjutnya disaring
dan dibawa ke Stasiun Pemurnian dan ampas.
Ampas dari proses ini dipisahkan menjadi ampas halus dan ampas kasar. Ampas
halus selanjutnya menjadi bagasilo
yang digunakan untuk bahan tambahan di Stasiun Pemurnian, sedangkan ampas kasar
diangkut ke Stasiun Ketel untuk digunakan sebagai bahan bakar. Nira mentah yang
diangkut ke Stasiun Pemurnian selanjutnya mengalami penambahan asam fosfat (H3PO4)
yang tujuannya adalah untuk menyerap zat warna pada nira, meningkatkan kadar
fosfat dalam gula, menggumpalkan sistem koloid nira, melunakkan kerak, dan
memperbaiki kemurnian nira. Selain itu, nira dipanaskan dan dilakukan juga
penambahan susu kapur (Ca(OH)2) dan gas SO2 untuk
membantu dalam proses pengendapan kotoran dan memutihkan kristal gula produk
sehingga diperoleh hasil yang baik. Nira yang telah ditambah berbagai campuran
tersebut selanjutnya dipanaskan lagi lalu disaring dan ditambah flocullant untuk membantu penggumpalan
dan pemisahan nira dengan pengotornya. Hasil dari penggumpalan dan pemisahan
ini berupa nira jernih/nira encer dan nira kotor. Nira kotor diproses lagi
dengan menambahkan bagasilo. Dari proses ini dihasilkan nira tapis dan limbah
padat (blotong). Nira tapis dialirkan ke penampung nira mentah untuk diproses
lagi dari awal, sedangkan blotong dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik.
Nira Jernih selanjutnya dibawa ke Stasiun Penguapan untuk diuapkan kandungan
airnya. Nira hasil penguapan berupa nira kental dan air kondensat yang dianfaatkan sebagai air umpan pada
Stasiun Ketel. Dari Stasiun Penguapan, nira kental selanjutnya disulfitasi dan
dimasak di Stasiun Masakan dan diperoleh cairan Masecuite dan air kondensat yang dimanfaatkan juga sebagai air
umpan di Stasiun Ketel. Selanjutnya Masecuite
diputar di Stasiun Putaran untuk memisahkan antara kristal gula dan cairannya
(tetes) dengan prinsip gaya sentrifugal. Tetes dimanfaatkan sebagai bahan
penyedap rasa pada makanan.
Kristal gula selanjutnya dibawa ke talang goyang
dan masuk ke pengering gula kemudian masuk ke elevator. Dari elevator, Kristal
gula selanjutnya masuk ke saringan getar untuk seleksi ukuran kristal gula. Ada
3 kategori kristal gula, yaitu : gula kasar, gula normal, dan gula halus.
Kristal gula kasar dan gula halus dimasak kembali ke Stasiun Masakan sedangkan
kristal gula normal dikemas di bagian pembungkusan dengan ukuran 50 kg dan
kemasan gula tersebut selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan.