Deformasi adalah perubahan bentuk, dimensi dan
posisi dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia
dalam skala waktu dan ruang
Deformasi terdiri dari
dua bagian,yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk material yang apabila gaya penyebab
deformasi itu dihilangkan maka deformasi
kembali ke bentuk semula. Contohnya pada uji tarik suatu material. Akibat gaya yang diberikan kepada spesimen maka material terdeformasi (berubah bentuk). Deformasi plastik adalah perubahan bentuk material apabila ketika gaya dihilangkan material tidak kembali ke ukuran, tidak ke bentuk semula.
kembali ke bentuk semula. Contohnya pada uji tarik suatu material. Akibat gaya yang diberikan kepada spesimen maka material terdeformasi (berubah bentuk). Deformasi plastik adalah perubahan bentuk material apabila ketika gaya dihilangkan material tidak kembali ke ukuran, tidak ke bentuk semula.
Deformasi
elastis terjadi pada tegangan yang rendah dan mempunyai tiga karakteristik
utama, yaitu:
(1)
bersifat mampu-balik (reversible)
(2)
antara tegangan dan regangan terdapat hubungan linear dan sesuai dengan hooke,
dan
(3)
deformasi elastis umumnya kecil (yaitu < 1% regangan elastis)
Tegangan
di suatu titik dalam benda di definisikan dengan memperhatikan kubus yang tak terhingga
kecilnya yang mengelilingi titik tersebut dan gaya yang bekerja pada
permukaan kubus tersebut berasal dari material sekitarnya. Gaya tersebut dapat di
uraikan menjadi komponen yang sejajar sisi kubus dan bila dibagi dengan luas
permukaan kubus menghasilkan sembilan komponen tegangan. Seperti gambar dibawah
ini
Komponen σij adalah gaya yang bekerja dalam arah j
per satuan luas permukaan yang tegak lurus terhadap arah –i. Jelas, bahwa
apabila i = j maka diperoleh komponen tegangan normal (misalnya σxx) yang
bersifat tarik (positif) atau tekan (negatif) , dan apabila i tidak sama dengan
j (misalnya σxy) didapatkan komponen tegangan geser. Tegangan geser tersebut
menghasilkan kopel pada kubus; dan untuk mencegah terjadinya rotasi kubus maka
kopel pada permukaan yang saling berhadapan harus seimbang sehingga σij = σji ’
maka , tegangan hanya terdiri dari 6 komponen independent.
Apabila benda mengalami regangan, elemen kecil
dalam benda mengalami pergeseran. Apabila posisi awal suatu element
didefinisikan oleh koordinat (x, y, z) dan posisi akhirnya adalah (x +u,y +v,z +
w) maka perpindahannya adalah (u, v, w). Apabila pergeseran ini konstan untuk
semua elemen dalam benda, maka tidak terdapat regangan , dan hanya ada
translasi. Pada benda yang berada pada kondisi regangan maka pergeseran
bervariasi dari elemen ke elemen. Regangan yang seragam dihasilkan karena
pergeseran berbanding lurus denagn jarak; untuk satu dimensi berlaku u = ex,
dimna e = du/dx adalah koofisien proposional atau regangan tarik normal. Pada
regangan tiga-dimensional yang seragam, maka setiap komponen dari 3 komponen u, v, w merupakan fungsi linear yang
dinyatakan dengan koordinat elemen awal, yaitu:
u= exx x+ exy y + exz z
y= eyx x+ eyy y + eyz z
z= ezx x+ ezy y + ezz z
Dengan keadaan mempertimbangkan keadaan simetri
kristal, maka banyak diantara konstanta elastis sama atau mendekati nol. Jadi pada kristal kubik hanya ada tiga
konstanta elastis independen yaitu c11, c12
dan c44 untuk tiga mode deformasi independen, termasuk penerapan pada:
(1) tegangan hidrostatik p yang menghasilkan
dilatasi θ berikut:
P = - 1/3 ( c11 – c12 ) θ = -K
dimana K adalah modulus curah
(2) tegangan geser pada permukaan kubus dalam arah
sumbu kubus yang mendefinisikan modulus geser μ = c44, dan
(3) rotasi pada sumbu kubus yang mendefinisikan
modulus geser μ1 = ½ (c11 – c12). Rasio μ/μ1
merupakan faktor anisotropi elastis dan sama dengan satu untuk kristal isotropi
elastis dengan 2 c44 = c11 – c12; semua
konstanta berkaitan dengan c11 = K + 4/3 μ, c12 = K – 2/3
μ dan c44 = μ
Tabel Konstanta elastis kristal kubik (GN/m2)
logam
|
C11
|
C12
|
C44
|
2c/(c11 - c12)
|
Na
|
006,0
|
004,6
|
005,9
|
8,5
|
K
|
004,6
|
003,7
|
002,6
|
5,8
|
Fe
|
237,0
|
141,0
|
116,0
|
2,4
|
W
|
501,0
|
198,0
|
151,0
|
1,0
|
Mo
|
460,0
|
179,0
|
109,0
|
0,77
|
Al
|
108,0
|
62,0
|
28,0
|
1,2
|
Cu
|
170,0
|
121,0
|
75,0
|
3,3
|
Ag
|
120,0
|
90,0
|
43,0
|
2,9
|
Au
|
186,0
|
157,0
|
42,0
|
3,9
|
Ni
|
250,0
|
106,0
|
118,0
|
2,6
|
Kuningan-β
|
129,1
|
109,7
|
82,4
|
8,5
|
Tabel
diatas menunjukan bahwa kebanyakan logam tidak bersifat isotropik dan, hanya
tungsten yang bersifat isotropik; sedangkan logam alkali dan senyawa –β
kebanyakan bersifat anisotropik. Umumnya , 2c44 > (c11
– c12) sehingga untuk logam anisotropik elastis, E maksimum dalam
arah (1 1 1) dan minimum dalam arah (1 0 0). Molibdenum dan niobium merupakan
pengecualian karena memiliki anisotropi reversi apabila E terbesar berada dalam
arah (1 0 0). Kebanyakan material komersial adalah polikristalin, oleh karena
itu mempunyai sifat isotropi hampir sempurna. Untuk material ini nilai modulus
biasanya tidak bergantung pada arah pengukuran karena nilai yang diamati
merupakan nilai rata-rata untuk semua arah pada berbagai kristal dalam
spesimen. Namun demikian, apabila sewaktu pembuatannya pada butir spesimen
polikristalin terjadi orientasi yang diutamakan, maka dalam batasan tertentu
material akan berperilaku sebagai kristal tunggal dan terjadi ”pengarahan” terbatas.
Deformasi elastis kramik
Pada temperatur ruang,pengikatan interatomik yang kuat dari keramik rekayasa menghasilkan
kekakuan mekanik. Modulus elastis (elastis,geser) jauh lebih tinggi
dibandingkan material metalik. Pada kristal tunggal keramik, modulus ini
bersifat anisotropi (misalnya pada alumina). Namun, dalam bentuk polokristalin,
keramik bersifat isotropik akibat efek acak hasil pemrosesan (seperti penekanan
asostatik). Sementara itu,
beberapa rute pemrosesan tetap mempertahankan kecenderungan anisotropik (misalnya ekstrusi). Modulus sangat dipengaruhi oleh keberadaan pengotor,
fasa dua dan porositas. Sebagai contoh, modulus elastisitas keramik berkurang
akibat meningkatnya porositas. Apabila temperatur pengujian dinaikan, modulus
elastisitas biasanya turun, tetapi ada beberapa pengecualian.
DAFTAR PUSTAKA
Wijoyo,Titus.2010. http://tintusariwijoyo.blogspot.com/
Atmaja,Fitrajaya.2010.http://fitrajayaatmaja.blogspot.com/2010/02/deformasi-elastis.html
Smallman,R.E.2000.Metalurgi Fisik dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga